Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

5 Artikel Terpopuler, Bahaya Panic Buying hingga Polemik Mudik di Tengah Pandemi

Diperbarui: 30 Maret 2020   04:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedagang asal Minang di Pasar Tanah Abang (dok. grid.id)

Pandemi Corona memunculkan berbagai dampak, antara lain adalah panic buying yang dilakukan oleh banyak masyarakat dari berbagai negara.

Panic buying ini adalah semacam survival instinct dari dalam diri seseorang. Tidak salah memang, hanya saja ada efek domino yang ditimbulkan dari tindakan ini, mulai dari ekonomi hingga sosial.

Kemudian ada juga mengenai imbauan pemerintah yang melarangnya masyarakatnya untuk menunda mudik tahun ini. Imbauan ini pun menimbulkan polemik di tengah masyarakat.

Selain itu masih ada artikel terpopuler lainnya di Kompasiana yang sayang untuk kamu lewatkan. Berikut artikelnya:

Seperti Halnya Virus Corona, Panic Buying Juga Berbahaya

EPA-EFE/YUAN ZHENG CHINA OUT via KOMPAS.com

Panic buying belakangan muncul di tengah pandemi corona, dan ini terjadi merata di seluruh negara.

Musababnya, perilaku panic buying, adalah respons reaktif manusia terhadap ancaman pandemi Covid-19. Manusia memiliki insting untuk bertahan hidup (survival instinct) yang terprogram didalam keyakinan mereka. (Baca selengkapnya di sini)

Melihat Lebih Dekat Manajemen Krisis Virus Corona di Jerman

Das Coronavirus breitet sich weiter aus (Symbolbild) MLADEN ANTONOV/ AFP

Tiada negara yang 100 persen siap menghadapi meledaknya wabah virus Corona di dunia ini, begitu pun Jerman.

Meskipun negara ini cukup terkenal dengan sistem kesehatan terbaik di dunia, Jerman cukup kewalahan menghadapi pandemi ini.

Lalu, apa yang dilakukan Jerman di saat kondisi seperti ini? (Baca selengkapnya di sini)

Curhatan Seorang Recruiter yang Bekerja dari Rumah Saat Pandemi Corona

ilustrasi mencari pekerjaa. (sumber: shutterstock)

Kalau biasanya seorang Recruiter bekerja di kantor dan berkutat dengan seleksi surat lamaran kerja, menelepon kandidat yang sudah memenuhi kualifikasi hingga wawancara calon pekerja, namun kini, di tengah wabah besar seperti sekarang ini, berbeda ceritanya. Seperti apa? (Baca selengkapnya di sini)

Dalam Situasi Ini, Pergi Bekerja Keluar Rumah Serasa ke Medan Perang

ilustrasi: South China Morning Post

Kompasianer Irma Tri Handayani berbcerita mengenai kesehariannya yang masih harus datang ke tempatnya bekerja, meski hanya satu hingga dua kali dalam seminggu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline