Lihat ke Halaman Asli

LuhPutu Udayati

ora et labora

Sepercik Kemerdekaan Hati saat Menulis Fiksi

Diperbarui: 17 Agustus 2019   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : pixabay.com

Siapakah  yang tak memiliki imajinasi? Setiap orang  memilikinya sesederhana apapun imajinasi tersebut. Imajinasi, angan-angan, atau khayalan semua mengarah pada hal yang sama, yakni sebatas konsep. Setiap orang  terkadang tetap membiarkan imajinasi ada dalam pikirannya, karena ia bagian dari pikiran kreatif yang berada pada otak bagian kanan.

Imajinasi terkadang mengantarkan seseorang untuk merasakan sensasi bahagia terlebih ketika pikiran imajinatif, angan-angan atau khayalan mampu diwujudkan menjadi sesuatu yang nyata, entah dalam bentuk benda, karya seni maupun karya tulis. Pada karya tulis , karya imajinatif sering disebut karya sastra atau fiksi.

Sebagai bagian dari karya imajinatif, karya sastra sesungguhnya tak dapat lepas dari kehidupan nyata, karena keduanya saling 'memberikan '. Kehidupan nyata dapat menjadi sumber inspirasi penulis, sebaliknya, karya sastra dapat menjadi semacam pembelajaran hidup karena nilai-nilai kehidupan yang ada di dalamnya.

Karya tulis sastra sebagai sebuah karya imajinatif dengan genrenya masing-masing dapat mengantarkan penulisnya mencurahkan setiap jengkal pikiran dan perasaan yang ada

Demikianlah, keberadaan blog kompasiana ini telah memberi ruang dan waktu bagi diriku untuk memerdekakan setiap pikiran dan perasaan lewat tulisan bergenre sastra, baik puisi maupun prosa.

Ada kebahagiaan tersendiri setiap kali mampu menyelesaikan tulisan. Tak mudah untuk memulai apalagi mengakhiri satu tulisan, tapi setiap kali imajinasi itu terbit, maka setiap kali itu pula ada hasrat untuk menyelesaikan dengan menyelipkan nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Barangkali saja, nilai-nilai tersebut menyentuh perasaan pembaca dan menjadi semacam pencerahan hati.

Karena sesungguhnya, setiap kali membaca puisi dan prosa selalu meninggalkan jejak pada perasaanku . Entah pilu, entah bahagia, tapi setiapnya memerdekakan hati. 

Banyak pula teman yang bertanya, apakah setiap puisi atau prosa yang berhasil kutulis merupakan pengalaman aku sendiri? Kisah nyata? Aku tersenyum simpul menyikapinya. Wahai, betapa naif jika pertanyaan itu terlontar. 

Bagi penulis dan penikmat sastra, setiap laku kehidupan dapat menjadi inspirasi kisah, entah puisi ataupun cerita pendek, apalagi novel. Hanya kekuatan imajinasi yang mengentalkan kisah nyata tersebut menjadi sebuah karya sastra yang indah dan meninggalkan rekam jejak lewat majas dan tautan diksi yang terpilih sehingga menjadi paragraf yang cantik. 

Sudah banyak puisi ataupun cerpen yang  kutulis merupakan hasil melihat, mendengar kisah-kisah nyata di lingkup hidupku. Mulai dari kebahagiaan rumah tangga hingga kepiluan-kepiluan yang ada di dalamnya. Tanpa kusadari, pikiran dan perasaaku ibarat kamera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline