Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana

TERVERIFIKASI

Akun Resmi

Etika Mengajukan Izin Sakit dan Cuti Kerja

Diperbarui: 3 Juni 2021   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi merasa tidak enak badan. (Diolah kompasiana dari sumber SHUTTERSTOCK/fizkes via kompas.com)

Ketika badan merasa tidak enak, kadang seorang karyawan memaksa untuk tetap kerja karena telanjur memiliki tanggung jawab yang belum selesai.

Atau ketika ingin menggunakan jatah cuti hanya untuk sekadar leyeh-leyeh di rumah pun, kadang kita merasa tak enak kepada rekan kerja yang lain. Tapi, bukankah itu hak kita?

Padahal ketika dipaksakan masuk kerja pun, kinerja menjadi tidak maksimal. Tidak fokus, jenuh, dan apalagi kalau harus sembari menahan rasa sakit.

Kompasianer, kalau kamu lebih pilih mana? Memaksakan diri masuk, atau tetap mengajukan cuti/izin? Atau apakah kamu punya pengalaman terpaksa berbohong supaya mendapat izin atau cuti?

Pasalnya, belakangan ini viral sebuah video berisi seorang pria yang menyebut jika karyawan sering izin sakit maka dia sedang menyabotase bisnis. Kalau sudah berpendapat begitu, jangan-jangan ia sering dibohongi karyawannya ya?

Kompasianer, bagaimana sesungguhnya etika cuti dan izin yang baik menurutmu? Bagaimana prosedur pengajuan di kantormu? Apa kendalanya? Bagaimana respons rekan kerja dan atasan setiap kali kamu mengajukan cuti/izin?

Sila Kompasianer ceritakan dengan menambahkan label Izin Kerja pada tiap konten yang dibuat. Masukkan ke subkategori "Worklife".

Dok. Kompasiana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline