Lihat ke Halaman Asli

Manusia Unggul Itu Bernama Petani

Diperbarui: 14 November 2019   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: dokpri

Pagi di suatu Desa pinggiran Kabupaten Cilacap, bukan saja akan memberikan udara yang segar, tetapi memberikan nafas bagi kehidupan manusia.

Desa dan berbagai apa yang ditemukan didalamnya, merupakan sebuah nadi kehidupan yang perannanya sendiri begitu sentral bagi sebuah kehidupan. Karena didalam suatu desa, disanalah terdapat kerja sama, pangan, dan segala bentuk keakraban sebagai kumpulan masyarakat itu sendiri.

Setelah sekian lama dunia tropis menjadi musim kemarau, masyarakat desa harus menyongsong kehidupan mereka yang ditentukan oleh musim. 

Kini musim hujan sudah menyambut untuk menyapa kembali di bulan november, pertanda bahwa; "nadi kehidupan akan terus berjalan sebagai bahan dari mengisi setiap musim itu sendiri, antara menjadi manusia yang hidup; harus mengikuti siklus alam".

Air hujan sebagai salah satu lantaran untuk dapat terus hidup, begitu juga bagaiamana tanaman-tanaman yang membutuhkan air didalam kehidupan mereka. Tentu sebagai bahan untuk tumbuh, berkembang, lalu berbuah, guna menebar kebaikan sebagai pemberi kehidupan manusia dan mahluk lainnya.

Seperti yang dapat kita saksikan, hujan sudah mulai sering turun, tanah-tanah yang tadinya kering kembali menjadi basah. Untuk itu, di suatu desa terpencil sekalipun, merupakan lambang pangan sendiri untuk manusia. Masyarakat desa memandang pagi harus se-produktif mungkin. Kebanyakan masyarakat desa, sebagian besar berprofesi sebagai petani!

Mereka "bertani" untuk menanam bukan hanya untuk mereka sendiri. Namun juga menanam untuk keluarga dan manusia-manusia lain di sana yang tetap; "mereka juga butuh pangan untuk sama-sama melanjutkan hidup".

Tetapi menjadi petani bukanlah perkara yang mudah, rasanya semua profesi jika bekaca dari kehidupan petani, sama-sama akan menemukan kesulitannya sendiri. 

Namun, kesulitan apapun itu, apakah petani frustasi menjadi petani? Bukankah mereka tetap menjaga semangat meskipun apa yang mereka tanam belum tentu seimbang dengan tenaga atau modal yang mereka keluarkan?

Tentu tidak, petani akan tetap menjadi petani karena mereka butuh menanam untuk menuai hasilnya. Begitupun dengan profesi lain selain petani, sama mereka berusaha untuk juga menuai hasil dari kerja selain menjadi petani yaitu; buruh-buruh perusahaan saat ini.

Yang terkadang sebagai hasil, pekerja diperusahaan yang mempunyai pendapatan rutin setiap bulan tetap masih lebih baik dari petani yang tidak jelas dalam berpendapatan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline