Lihat ke Halaman Asli

kolintang

Penggiat kolintang

Kolintang pada Legenda Roro Jonggrang

Diperbarui: 15 Mei 2017   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada jaman dahulu kala terdapat dua  kerajaan  yang bertetangga bernama Kerajaan Boko dan Kerajaan Pengging.Untuk memperluas daerah kekuasaan, Kerajaan Boko berperang melawan kerajaan Pengging..

Kerajaan Boko dipimpin oleh Prabu Boko. Ia dibantu oleh seorang patih bernama patih Gu. Prabu Boko memiliki putri cantik bernama Roro Jonggrang.

Para tentara Kerajaan Boko tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging dan berkat kesaktiannya, Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan dan membunuh Prabu Boko. Ketika Patih Gu mendengar kabar kematian junjungannya, ia segera melarikan diri, kembali ke kerajaan Boko. Ketika sang patih tiba di Keraton Boko, ia segera melaporkan kabar kematian Prabu Boko kepada Putri Roro Jongrang. Sang putri pun meratapi kematian ayahnya.

Setelah kerajaan Boko jatuh ke dalam kekuasaan Pengging, Pangeran Bandung Bondowoso menyerbu masuk ke dalam Keraton Boko. Pada pertemuan pertamanya dengan Putri Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso langsung terpikat oleh kecantikan sang putri. Ia pun jatuh cinta dan melamar sang putri, tetapi lamarannya ditolak, karena sang putri tidak mau menikahi pembunuh ayahnya dan penjajah negaranya. Karena Bandung Bondowoso terus membujuk dan memaksa, akhirnya sang putri bersedia dipersunting, namun dengan  syarat yang mustahil untuk dikabulkan. Syaratnya adalah pembangunan seribu candi hanya dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso menyanggupi syarat tersebut.

Untuk mewujudkan syarat tersebut, sang pangeran memanggil makhluk halus,jin setan dan dedemit dari perut Bumi. Dengan bantuan makhluk halus ini, sang pangeran berhasil menyelesaikan 999 candi. Ketika Roro Jonggrang mendengar kabar bahwa seribu candi sudah hampir selesai, sang putri berusaha menggagalkan tugas Bandung Bondowoso.

Ia membuat rencana untuk mengusir para makhluk halus dengan membuat keriuhan dan keadaan seolah olah pagi telah tiba.Tetapi Bandung Bondowoso sudah menggunakan ilmu sirep  sehingga baik manusia dan binatang di Kerajaan Boko tertidur lelap.

Patih Gu dengan ilmu telepatinya meminta bantuan ke negeri Malesung(tanah Minahasa) untuk menangkal ilmu sirep dari Bandung Bondowoso.Atas bantuan para walak (pemimpin Minahasa pada jaman dahulu) diberi cara menangkal ilmu sirep dengan bunyi bunyian memukul kentongan tiga nada untuk dapat membangunkan manusia dan binatang di Kerajaan Boko.

Kemudian dayang dayang istana dan perempuan-perempuan desa untuk diminta  membunyikan lesung dengan pola bersahut-sahutan. Dengan keramaian tersebut dan  adanya gundukan jerami dibakar di sisi timur,ayam ayam pun mulai berkokok dan berkotek kotek.

Mengira bahwa pagi telah tiba dan sebentar lagi matahari akan terbit, para makhluk halus lari ketakutan bersembunyi masuk kembali ke perut Bumi. Akibatnya, hanya 999 candi yang berhasil dibangun sehingga usaha Bandung Bondowoso gagal. Setelah mengetahui bahwa semua itu adalah hasil kecurangan dan tipu muslihat Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso amat murka dan mengutuk Roro Jonggrang agar menjadi batu. Sang putri berubah menjadi arca terindah untuk menggenapi candi terakhir.

Menurut kisah versi Sinto gendang ini, situs Ratu Boko di dekat Prambanan adalah istana Prabu Boko, sedangkan 999 candi yang tidak rampung kini dikenal

Sebagai Candi Sewu. Kebiasaan memainkan alat musik yang bertalu talu ,ramai bersahut-sahutan yang dahulu membuat ayam ayam berkokok dan berkotek kotek, masih bertahan sampai sekarang dengan istilah ‘kotekan’ pada permainan gamelan Bali yang ikut dibawa oleh penduduk pulau Jawa ketika berpindah kepulau Bali.

 Bunyi-bunyian kentongan  tiga nada dari tanah Malesung itu yang sekarang menjadi cikal bakal alat musik Kolintang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline