Lihat ke Halaman Asli

Kamu yang Terdiam

Diperbarui: 24 Agustus 2016   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan ini lanjutan dari kisah yang pertama yang mana saya ingin berbagi kepada pembaca, tak selamanya tulang rusuk itu bengkok meskipun tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Kekasihku yang kukenal bak mentari yang menyinari membuat saya jatuh hati untuk yang terkhir kali, InsyaAlloh. Waktu demi waktu, perjalanan kami mulai terasa, kerikil, lubang kerap kami jumpai.

Seiring dengan adanya rasa dan problema membuat kita semakin dewasa dengan bertambahnya usia, doa yang mendekatkan kita, orang tua yang selalu mensuport kita, ridho Alloh tentunya yang kita minta tak lain hanyalah impian bersama. Ya, ketika masalah muncul yang mana saya menjadi penyeba utama (barangkali) membuat saya tak enak hati kalau menyakiti dirinya. 

Dirimu yang selalu diliputi canda dan tawa, perhatian dan penuh kata, membuat saya tak ingin berlepas disampingmu. Namun apa daya, romantisme yang blm waktunya terkadang menimbulkan problema. Ketika saya membahas atau menguliti masa lalumu, kamu hanya bersikap diam dan agak tak peduli. Walaupun dalam lubuk hatimu diliputi rasa sungkan maupun hujatan.

Untuk kesekian kalinya saya mengulangi kesalahan, meskipun kesalahan yang saya perbuat tidak sengaja atau mungkin tidak saya rasakan membuat dia merasa "anyel" pada diriku yang hina ini. Ya, kali ini berawal dari obrolan salah satu grup yang penuh tawa, yang berawal dari kisah kami saat berlibur bersama. JANDARA membuat malapetaka, dimana teman-temannya menyuruh agar saya untuk menontonya, namun tak kusadari ternyata itu godaan semata kisah romantisme seorang anak yang terlahir sebagai JAN.

Apa daya mata ini, menjadi penasaran dan akhirnya kuputuskan untuk melakukan streaming via online dan ternyata itu pilm semi ***** terkejut, deg-degan, itu yang saya rasakan. Lalu kutanyai si dia, apakah sudah pernah nonton itu?, jawabnya ketiknya iya sambil lupa bersama si temannya. Lalu kuputuskan untuk bertanya di grup dengan maksud iseng sekedar bertanya apa kah benar dirinya pernah menonton, jawab temannya iya. 

1 hari, 2 hari, chat yang kutulis hanya dibalas sekedarnya. Hari kedua pasca pertanyaan itu, kami pergi kejogja dengan didampingi pakdhe dan ayahandanya, ketika sebelumnya saya sempat merasakan ada aroma pendiamnya, ketika hari itu pula senyum, tawa dan candanya tidak mengirinya, ada apa gerangan? Terbesit hatiku bertanya, apa saya melakukan kesalahan lagi? Dan jawabnya iya.

Tak enak rasanya didiamkan, bak tong yang kosong, kubuat dia agar tersenyum dan berbicara, namun apa daya,. Ya begitulah ekspresi dia, ketika apa yg saya  lakukan salah dihadapannya. Diam...Jawab seadanya...Diam..

Dan ini membuatku tersiksa karena tak enak hati padanya.

Tapi Alloh masih ada..

Yang terpenting dalam diriku jangan sampai melebihkan dia dibanding Alloh sang penjaga jiwa. :-)

Buat dirimu, jangan perlakukan abang dengan berdiam ya.. Maaf kalau ada tulisan, kata maupun sikap yang membuat dirimu tersiksa lagi terpedaya.

Indama iftaqodtuka lan abhatsu a'nka ba'idan.. Bal saandzuru ilaa a'maaqi qolbi haitsu takuunu daaiman..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline