Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Barata

Marketing Perbankan

Sejarah Stasiun Cicalengka

Diperbarui: 1 Agustus 2021   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dokumentasi Pribadi

Bagi pengguna jasa kereta api di Cicalengka, Stasiun Cicalengka berperan sangat penting, urat nadi kehidupan, terutama kereta api kelas ekonomi dari Cicalengka tujuan ke Bandung, Padalarang.

Stasiun Cicalengka dipadati penumpang yang berangkat ke Bandung dan ke arah barat lagi, ke Cimahi, ke Padalarang, setiap hari. Selalu tampak kesibukan masyarakat sederhana.

Banyak pelanggan lama maupun baru kereta api dari jalur Cicalengka-Bandung-Padalarang, menurut beberapa petugas di Stasiun Bandung, dari hari ke hari semakin banyak penumpang asal Cicalengka dan Rancaekek. Banyaknya para penumpang dari Timur mencari nafkah di Bandung, atau hanya sekadar jalan-jalan.

Meskipun stasiun kecil, Stasiun Cicalengka di tenggara kota Bandung itu, adalah saksi bisu sejarah dunia dan Perang Kemerdekaan antara tahun 1945-1949, tetapi di masa sekarang sejarahnya mungkin dilupakan orang, di sela-sela kesibukan masyarakat sehari-hari dan peran stasiun itu bagi perekonomian.

Di masa Perang Kemerdekaan Indonesia Stasiun Cicalengka sempat menjadi tempat aktivitas pasukan Belanda yang mencoba meredam perlawanan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Pasukan Belanda banyak melakukan aksi pembersihan terhadap para pejuang Indonesia pada tahun 1948, pasca pendudukan melalui Agresi Militer I operasi produk dari tanggal 21 Juli-5 Agustus 1947.

"Laman 41 Zelfstanding Verkennings Eskadron DeZelfstandinge Verkenningseskadron menuliskan  pengalaman mantan  anggota resimen Hazaren van Borrel , Letnan Satu H. H. Prinsen. Ia bersama pasukannya berangkat dari Stasiun Besar Bandung ke Stasiun Cicalengka.Pasukannya diperintahkan berpatroli melalui jalur darat yang berdampingan dengan rel yang mengarah ke Cibatu, Garut." (Solihat : 2014).

Konon pada saat itu pasukan Belanda mengirimkan dua peleton, mencoba meredam perlawanan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Laskar Darul Islam Jalur Cicalengka, Nagreg, dan lintasan ke Majalaya dikuasai TNI.

H. H. Prinsen mengatakan, di jalur itu sering terjadi baku tembak antara pasukan Belanda dan pasukan Indonesia.

 Pasukan Belanda saling serang dengan pasukan TNI, tetapi selanjutnya berhadapan dengan laskar Darul Islam.

Beberapa catatan dari Gahetna mengungkapkan kehadiran pasukan Belanda ke Cicalengka pada operasi produk bermaksud  menguasai kembali perkebunan-perkebunan di sekitar. Di Cicalengka terdapat dua unit perkebunan, Sindangwangi yang mengusahakan tanaman karet, dan Mandalawangi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline