Lihat ke Halaman Asli

Annisa Hadi

Annisahadi ibu rumah tangga adalah puncak dari segala karir perempuan

Puisi | Sepuluh Tahun Lalu

Diperbarui: 20 Juni 2019   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tergetar haru biru perasaan, dalam dekapan manja penuh cinta, duka tersisih dengan sendirinya, kala kehadiranmu, mengubah segalanya, menyisihkan kesombongan mereka, para penentang cinta.

Kala takdir itu mengalahkan kebencian mereka, bahkan takdir itu mengantarkan cinta pada penyatuan yang tak dapat dipisahkan.

Ketika yang banyak mengalahkan yang sedikit, itu karena besarnya kekuasaan dan takdir yang tak dapat ditentang, bahkan oleh kekuatan manapun.

Memberikan cinta sebenar cinta demi kehidupan setelah kehidupan lainnya.

Sepuluh tahun lalu kala bidadari kecil itu terlahir, itulah saat kekuasaan sebenarnya ditunjukkan, sekali lagi mengalahkan kesombongan, kesombongan para penentang cinta.

Bidadari di hatiku kekuatan batin yang tak dapat terkalahkan bahkan oleh pemilik hati baja, hingga akhirnya merekapun mengalah, semua karena atas nama cinta. Cinta yang murni tulus dari lubuk hati, karena tiada yang salah dalam cinta ini.

Karena bukan kami yang memilih cinta, tapi cinta lah yang memilih kami.

Bidadariku, jadilah tumpuan harapan demi masa depan yang gemilang dalam dua kehidupan.

Sepuluh tahun lalu saat bidadari itu terlahir, itulah masa dimana kami merasa mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga dari emas dan permata.

Kini... Saat mengingat kembali masa itu, hanya satu asa yang tersirat di lubuk hati, semoga apapun yang kau cita cita kan tercapai dalam kegemilangan dua dunia.

Memory, 19 Juni 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline