Kurang lebih setahun silam seseorang dengan dwi kewarganegaraan berhasil menduduki satu jabatan penting di kabinet indonesia hebat.
Situasi negara saat itu nyaris keos, bagaimana tidak orang nomor satu di negeri ini telah melakukan kesalahan fatal. Konon menurut beberapa pakar hukum tata negara itu adalah pelanggaran konstitusi.
Sementara itu, beberapa kalangan masyarakat yang geram atas pengambilan sumpah jabatan tersebut dengan lantang menyuarakan agar presiden & mentri tersebut turun dari jabatannya, hal itu disebabkan karnakan keduanya telah melanggar peraturan tertinggi di negeri ini.
Tak berlangsung lama sang mentri menjabat, sebulan kemudian diapun dicopot dari jabatannya, namun hal ini belum bisa meredam kegelisahan rakyat.
Dan suara - suara yang mendesak agar presiden juga harus turun jabatan kian berhembus kencang.
Rezim ini sangat sadar bahwa isu presiden telah melanggar konstitusi, ini sangat mengancam bahkan bisa saja mengeksekusi sang presiden dari kursi empuknya maka tak ada yang bisa dilakukan selain melakukan pengalihan isu.
Tak main - main pemerintah balik menyerang rakyatnya dengan berita rencana pemerintah menaikkan harga rokok, hal ini membuat 66% kaum laki di negri ini meradang. Tak masalah jika kenaikannya tak begitu signifikan. Disinilah sisi cerdas dari pengambilan isu ini terletak pada pembidikan nilai fantastis dari kenaikan harga tsb.
Seketika kabar akan dinaikkannya harga rokok tersebut membuat para perokok kebakaran jenggot, berbagai macam protes dilayangkan, mulai dari media cetak hingga media elektronik. Lantas hal tersebut pun menjadi isu nasional yang sekaligus menutupi isu pelanggaran konstitusi yang diduga dilakukan oleh presiden.
Sebagai sebuah kesimpulan, secara prinsip memang hanyalah air yang bisa memadamkan api dengan sempurna. Namun di suatu keadaan tertentu api juga bisa dipadamkan dengan api. Agar tak menemui keadaan ini saya sarankan janganlah coba bermain-main dengan api, karena hal itu adalah tindakan yang berbahaya.