Lihat ke Halaman Asli

Ibu Kota, Kau Pindah ke Lain Hati

Diperbarui: 2 Agustus 2019   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Photo: https://indopos.co.id

Diskursus pemindahan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terus menghangat dan semakin menegaskan akan terjadi di era Presiden Jokowi. Konsesus untuk mencari alternatif lain dari ibu kota telah menjadi salah satu tujuan kerja Jokowi di periode kedua menjadi Presiden Republik Indonesia.

Memang banyak orang kemudian memberi pandangan positif dan negatif terhadap kebijakan tersebut dengan bermacam pemikiran dan pandangan. Tapi ada benar dan ada kurang tepatnya. Semua perlu dilaksanakan agar kita bisa melihat dampak baik dan buruk nantinya. 

Jakarta yang semakin gemuk dengan segala hiruk pikuknya, perlu "disayangi" untuk lebih luwes dan tidak terus menerus dengan kepadatannya. Memindahkan ibu kota memang bukan pekerjaan yang gampang tapi memerlukan segala hal.

Memindahkan semua fasilitas-fasilitas penting dari sebuah negara bukan hal yang sederhana, apalagi membangun infrastruktur baru dari titik terendah tidaklah simsalabim. Semua butuh kerja keras pikiran, anggaran, dan manusia. Tapi kalau tidak memindahkan, kapan lagi? 

Keputusan mencari ibu kota baru memang seperti sebuah keluarga yang kemudian bercerai, tetapi di tengah kegalauan perlu ada langkah startegis dan konsekuensi. Banyak berpandangan bahwa keputusan pemindahan ibu kota sebagai proses dari pertarungan politik, tetapi ada bagusnya untuk pengembangan Indonesia yang merata. 

Membelah Jakarta dari urusan pemerintahan rasanya perlu dilakukan, layaknya negara-negara maju lainnya yang memisahkan kota-kota sesuai peruntukannya. Bisnis memiliki kota tersendiri, budaya memiliki kotanya tersendiri, pemerintahan memiliki kotanya sendiri. Jadi langkah memindahkan ibu kota ke tempat lain akan memunculkan kota baru dan pembangunan baru di tempat lain.

Jakarta yang terus sarat dengan pembangunan dan perkembangannya, perlu rasanya diberi kelapangan dan ruang untuk "bernafas". Memberi (segala) beban kepada Jakarta yang terus menerus akan membuat Ibukota menjadi "sesak".

Oleh karena itu, memindahkan ibukota dari Jakarta rasanya bukanlah "menceraikannya" dan meninggalkannya, akan tetapi lebih kepada memberi kesempatan untuk Jakarta agar lebih pantas menjadi ruang untuk dinikmati di masa-masa mendatang. Jakarta yang semakin penuh akan sulit dibayangkan seperti apa tahun demi tahun nantinya. 

Ibukota baru akan membuka crakawala pembangunan dan pembagian beban antara pemerintahan, bisnis, politik, dan hal-hal lainnya. Pindahnya ibu kota ke "lain hati" rasanya patut didukung agar NKRI bisa tumbuh dan maju di segala sisinya. Tapi harus dipikirkan dengan matang-matang dan tidak perlu terburu-buru. Berbagi pembangunan dan kemajuan dengan tempat lain, agar Indonesia bergerak maju di segala sisinya belahan khatulistiwa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline