Lihat ke Halaman Asli

Feliciano K. Sila

Peziarah di Jalan Kehidupan

Di Bawah Naungan Beringin

Diperbarui: 23 Maret 2019   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Di bawah naungan pohon beringin ia duduk termenung. Ia tertunduk, menatap tanah tempat ia berpijak. Dalam diam, tanpa kata. Ibu bumi seolah mati. Tanpa suara. Lelaki tua itu menatap dalam diam, merenung, entah tentang apa. Ia berangan dalam desiran angin di bawah naungan beringin.

Mentari yang kian menukik makin memperberat helaan napasnya. Mungkin ia kelehan, mungkin ia kecapaian. Tidak ada alasan buat tersenyum, meski kicau burung ramai terdengar dari rindang pohon beringin. Mungkin mereka tidak tahu, mungkin pula mereka enggan mengetahui.

Lelaki tua itu duduk bersandar pada perkasanya pohon beringin, dalam naungan kesunyian kampung bak tak berpenghuni. Perlahan ia mengatupkan mata dan jatuh tertidur. Lelap. Lelap dalam diam. Lelap dalam hiruk kicau burung.

Ia cuma ingin beristirahat. Lari dari penat keseharian hidup. Ia cuma ingin nikmati sejuk naungan beringin. Beristirahatlah. Hidup itu punya cerita. Ada angan dibawa angin. Datang mendekat dan pergi menjauh. Beristirahatlah. Hidup memang punya cerita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline