Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Si Kate dan HP Kesayangannya [Hasrat atau Nafsu]

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Peringatan: Tulisan Kisah Si Kate dan HP Kesayangannya tidak memiliki kepentingan untuk membuat tertawa berguling-guling sampai nungging. Tida juga tertawa sampai terkencing-kencing. Apalagi membuat mati ketawa ala orang sinting. Namun hanya sekadar mengingatkan, bahwa tertawa itu penting!!!

#

Menulis lagi menulis lagi. Saban hari begitu terus. Kok tidak bosan-bosan ya? Apa sebenarnya yang dicari Si Kate? Penulis saja sudah bosan melihatnya. Tapi Si Kate semakin kencang menulisnya. Apa sih maunya?

Apalagi belakangan ini getol banget menulis soal tips menulis. Padahal sendiri saja masih belum becus. Kok sudah merasa hebat menulis tips?

Katanya sih demi untuk berbagi dan menginspirasi sesama penulis pemula. Menulis seadanya dan sebisanya dari ke dalaman hati. Wow segitunya. Memang sumur ada dalamannya?

Sombongnya sampai bilang tidak butuh teori menulis. Supaya tidak terkungkung. Menulis harus bebas berekspresi. Teori itu bikin beku dan kaku sebuah tulisan.
Begitu persepsi Si Kate.

Padahal yang namanya menulis mesti pakai teori. Kalau tidak pakai teori, bagaimana menulisnya?

Bilangnya sih teori bisa dipelajari dan dicari dengan mudah di Google. Memang ada benarnya. Bisa juga dengan membeli buku teori menulis dari penulis terkenal dan berpengalaman. Tinggal dipelajari. Lalu praktek. Jadi deh tulisan. Apa susahnya?

Tiru sana-sini gaya menulis penulis hebat.
Begitu saja kok repot? Itu kalau mau enaknya menulis tanpa karakter sendiri.
Lagian begitu terus bisa bertahan berapa lama? Enaknya memang menulis sesuai dengan diri sendiri yang sesuatu banget.

Masalah menulis memang gampang. Kalau memang bisa menulis. Untuk terus menulis dan konsisten itu yang jadi permasalahan dan tidak semudah perkiraan.

Banyak yang menggebu-gebu awalnya menulis. Separuh jalan semangatnya sudah layu. Kehilangan gairah dan nafsu kayak baru putus sama pacar. Kehilangan inspirasi. Menulis bagaikan menjadi beban maha berat. Jari-jemari seperti mati rasa kena stroke. Kaku membeku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline