Lihat ke Halaman Asli

kartosar

Menjadi istimewa itu membebani

Ngopi Sejenak di Desa Saukabu Raja Ampat

Diperbarui: 8 Maret 2021   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kartosaragih.id

Angin terasa semakin kencang saat perahu cepat yang kami tumpangi membelah laut di di perairan Raja Ampat. Perahu cepat lain yang tadi berangkat bersama-sama kini semakin menjauh. Satu-satu berpencar. Dalam hitungan menit, hanya perahu kami yang berada di tengah lautan sejauh mata memandang.

Tidak banyak yang bisa dilakukan saat berada di perahu cepat. Bermain cipratan air sudah, dan tidak seasyik yang dirasakan karena perahu bergerak sangat cepat. Alih-alih menikmati pemandangan, kami yang di dalam perahu sibuk meraih pegangan saat ombak kecil beradu dengan moncong perahu. Suatu kali hantaman ombak sangat keras sehingga semua penumpang terangkat dan pantat mendarat di bangku yang keras. Bruk! Lumayan terasa sakitnya.

Kurang dari sejam, perahu mulai melambat. Belum terlihat daratan. Tapi titik hitam di seberang sana semakin besar. Sepertinya itu daratan yang akan dituju. Perahu memantapkan moncongnya menuju ke sana. Pemandangan hijau menjadi deretan pohon kelapa yang meneduhi rumah-rumah penduduk.

kartosaragih.id

Perahu memutar sedikit. Dermaga yang dari kejauhan kelihatan kecil ternyata cukup besar. Beberapa perahu sudah terparkir di sana. Mesin mati dan berganti menjadi suara ombak kecil dan desiran angin. Selamat datang di desa Saukabu di  Pulau Fam (Pam), Raja Ampat. Beberapa penduduk di dermaga mengamati kami.

Desa kecil yang indah ini sering dijadikan tempat persinggahan saat melakukan perjalanan ke Pianemo. Ada beberapa desa yang bisa disinggahi, bahkan menghabiskan malam di Raja Ampat karena desa ini memiliki villa yang bisa dipakai untuk menginap. Penginapan sederhana dengan pemandangan luar biasa. Hanya beberapa langkah menuju pinggi pantai dengan pasir putih yang bersih.

Kami hanya singgah sebentar dan tidak mencari penginapan. Tapi sayang rasanya tidak menikmati suasan indah ini. Saya memesan kopi di warung kecil. Tidak ada yang lebih nikmat seteguk kopi panas di tengah keindahan seperti ini. Kopi panas, cuaca panas, tapi pemandangan dan suasana segar.

Kopi habis. Lelah hilang dan pikiran plong. Mari melanjutkan perjalanan. Melawan angin kencang dan menembus ombak laut Raja Ampat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline