Lihat ke Halaman Asli

Kanopi FEBUI

TERVERIFIKASI

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Bagaimana Lingkungan Tempat Tinggal Menentukan Pencapaian dan Status Sosioekonomi?

Diperbarui: 2 November 2018   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. Kajipost)

Bagi Anda penggemar drama korea, tentu tidak asing dengan drama berjudul Reply 1988 yang bercerita tentang sekelompok remaja di sebuah gang kecil di sudut Kota Seoul. Kisah Duk Seon dan kawan-kawan tersebut mengangkat potret hidup bertetangga khas masyarakat Korea Selatan di akhir tahun 1980-an.

Selain itu, barangkali anda juga masih belum lupa serial kartun Hey Arnold! yang berkisah tentang petualangan karakter Arnold dan teman bermainnya yang tinggal di sebuah komplek perumahan kelas bawah di tengah-tengah kota fiksi bernama Hillwood.

Terlepas dari dua cerita fiksi tersebut, di dunia nyata pun kita hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bertetangga, apalagi dalam konteks masyarakat Indonesia yang komunal. Tetangga memiliki pengaruh yang krusial terhadap perilaku dan keputusan-keputusan kita.

Misalnya, keputusan dalam membeli suatu produk, memilih sekolah, belajar, melakukan tindakan kriminal, merokok, hingga mencari pekerjaan. Tanpa kita sadari, rangkaian keputusan kita yang dipengaruhi oleh hidup bertetangga tersebut berdampak pada status dan pencapaian sosioekonomi saat ini dan di masa depan. Hal inilah yang disebut dengan neighborhood effect.

Dalam setengah abad terakhir, ekonom dan sosiolog saling bahu membahu, mencoba mengurai fenomena ini untuk melihat bagaimana peran lingkungan bertetangga menentukan kualitas hidup, seperti kesehatan, pendidikan, hingga karir seseorang.

Mungkinkah prestasi akademik Duk Seon akan lebih gemilang jika ia tidak tinggal di Ssangmun-dong? Atau bisakah Arnold mendapat pekerjaan yang lebih mapan ketika dewasa bila ia tidak tinggal di rumah susun milik kakeknya?

Bagaimana Tetangga Memengaruhi Kualitas Hidupmu?

Pertama, mari melihat neighborhood effect terhadap aspek kesehatan. Sosiolog sudah lama bersepakat bahwa lingkungan tempat tinggal berpengaruh terhadap perkembangan fisik dan psikologis seseorang lewat adaptasi nilai dan norma---yang kemudian menjadi perilaku---dari tetangga dan teman bermain di sekitar rumah.

Terkait pengaruhnya pada kesehatan, salah satu penelitian empiris yang paling komprehensif dan menarik perhatian pernah dilakukan oleh Alvarado (2016) dengan menggunakan data National Longitudinal Survey of Youth di Amerika Serikat. Ia mencoba melihat pengaruh dari hidup di lingkungan perumahan untuk kelas menengah ke bawah terhadap tingkat obesitas anak-anak dan remaja.

Penelitiannya menemukan terdapat asosiasi yang signifikan antara dua variabel tersebut. Sebuah temuan menarik dari penelitiannya menyatakan bahwa kelompok umur remaja (11-18 tahun) memiliki peluang mengidap obesitas lebih tinggi dibanding kelompok usia anak-anak (2-11 tahun). Hal ini disebabkan karena seiring bertambahnya usia, anak-anak mendapat eksposur lebih dari lingkungan tempat tinggalnya karena frekuensi interaksi dan sosialisasi yang meningkat.

Sementara itu, anak perempuan ternyata memiliki peluang mengidap obesitas lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Peneliti menduga hal ini dapat dijelaskan karena anak perempuan memiliki lebih sedikit pilihan aktivitas fisik di luar rumah dibanding anak laki-laki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline