Lihat ke Halaman Asli

Kang Rendra Agusta

Peneliti Naskah Kuno

Menjadi Suwarga Menuju Nirwana

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Renung, 18 Januari 2014

peristiwa

"kemenyan lagi, dupa lagi, bunga setaman lagi. Kafir !!!"

ucapan tegas yang keluar dari mulut seorang saudagar muslim kaya, berjubah putih seperti Shaikh. Aroma minyak Kasturi melekat dari badan, kain, hingga membungkam ruangan di sekitarnya. Langkah tegap dan sombong berlalu begitu saja sembari becak melaju melingkar alun-alun.

Dari balik kaca mobil Avansa silver, dengan kalung rosario tergantung di kaca depan, perempuan berkacamata tebal, rambut sebahu, ia bersanding dengan koper gitar classic berguman.

" teroris ! kerjaannya sok suci dan menganggap dirinya paling benar "

lelaki tua Jawa, dengan surjan lusuh berwarna coklat hitam, melintas di dekat mobil itu. cibirnya

ndelalah, Kompeni !!! kemayune ramekakat"

pandangan

Mata manusia mulai berkelana ke setiap sudut mata manusia yang lain. Ada banyak kejadian yang dipilih oleh setiap manusia. Keputusan untuk terus "hidup" atau "mati" misalnya. Menjalani hidup dengan kematian ide, olah raga rasa dan cipta. Menjalani kematian semangat, dendam masa lalu atau mati raga "memilih menyalahkan diri sendiri atas keadaan yang ada". Bahkan hanya sedikit yang menghidupi jalan hidupnya dengan kehidupan yang "lebih dari sekedar-nya".

pilihan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline