Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Adib Mawardi

TERVERIFIKASI

Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Begini Kiat Mengolah Makanan agar Tidak Sampai Mubazir

Diperbarui: 7 Desember 2020   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi makanan (Annie Spratt/Unsplash)

Kawan, sewaktu saya masih kecil dulu, saya seringkali menjumpai orangtua yang menasihati anak maupun cucunya untuk menghabiskan makanan. Nasihat yang biasa mereka sampaikan kurang lebih seperti ini:

Le, lek mu mangan agi dientekne. Ojo sampek ora entek, ben pitike engko ora mati (Nak, kalau kamu makan, ayo dihabiskan. Jangan sampai tidak habis, agar ayamnya nanti tidak mati).

Begitulah nasihat yang berulangkali mereka sampaikan. Rupanya, nasihat itu cukup ampuh mendorong kami untuk menghabiskan makanan yang kami santap, lantaran latar belakang penduduk di desa kami rata-rata adalah pemelihara ayam kampung.

Saat menerima nasihat ini, tergambar dalam imajinasi kami bahwa ayam-ayam kami itu akan mati, sebab perutnya meletus akibat terlalu kenyang mengonsumsi sisa makanan dari kami.

Pada saat umur kami sudah semakin matang, pandangan kami atas nasihat orangtua kami itu menjadi terkesan aneh. Sebab kini yang terpatri dalam angan-angan kami adalah pandangan yang sebaliknya, yakni mana mungkin ada ayam yang mati karena kekenyangan, yang ada adalah ia binasa sebab kelaparan.

Selain nasihat tadi, ada lagi petuah-petuah lain dari para orang tua yang mungkin juga sulit diterima oleh nalar rasional kami, misalnya sisa-sisa makanan yang tidak kami makan itu akan menangis sejadi-jadinya sebab mereka juga ingin masuk ke dalam perut kami bersama dengan kawan-kawannya yang lain.

Namun, menurut pengalaman pribadi saya pada saat duduk di bangku kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah, saya pernah memperoleh sebuah nasihat yang sangat membekas di hati saya mengenai makan dan makanan ini dari seorang guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kami, yakni Bapak Fatchuddin.

Pada waktu itu, beliau memberi pandangan yang saya kira sangat menarik dan mencerahkan berkaitan dengan etika mengonsumsi makanan ini. Demikianlah kurang lebih isi pesan beliau pada waktu itu:

"Kalau makan (makanan) itu sebaiknya sampai habis tak bersisa, sebab kita tak pernah tahu, dari sisi makanan yang bagian mana keberkahan itu akan datang menghampiri kita. Bukankah selama ini kita senantiasa mengharap keberkahan dari rezeki yang dianugerahkan pada diri kita, khususnya melalui doa yang kita panjatkan sebelum kita makan?"

Menurut saya, nasihat beliau itu sungguh makjleb alias begitu merasuk dalam sanubari saya. Dan sejak saat itulah, saya selalu berusaha untuk tidak menyisakan sebutir pun nasi atau makanan pada piring saya. Sebab sebagaimana wejangan dari guru saya tadi, saya selalu mendamba keberkahan dari apa yang saya konsumsi.

Baiklah, berawal dari pengantar tadi, selanjutnya saya ingin sedikit berbagi kiat sederhana mengenai cara mengolah dan mengonsumsi makanan, supaya kita bisa terhindar dari perilaku yang mubazir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline