Lihat ke Halaman Asli

Perempuan yang Menikahi Angin

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

perempuan itu menikahi angin,
bulan pun cemburu, hingga pada satu musim
saat tak ada lagi pesta panen,
menggantung diri
menyisakan makna sebagai penghias langit
perempuan itu menikahi angin,
matahari pun cemburu,
membakar diri berlama-lama
menjadikan segala dedaunan rontok
mengeringkan semua sungai dan sumur
hingga deritanya memvirusi bumi yang kian keriput
perempuan itu menikahi angin
melahirkan badai, topan, dan beliung
ia pun bertanya-tanya
"apa salahku menikahi angin
yang bisa membelaiku hingga kalbuku tentram,
dan jiwaku terhijrahkan pada tempat paling didamba manusia"
Tak ada yang menjawab
sebab kisahnya bukan untuk diperdebatkan
sekadar untuk dikisahkan kembali
kepada mereka yang percaya
bahwa perempuan itu dulu dilahirkan oleh angin.

--------Tamsela,25 September 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline