Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Seorang Ibu, Anaknya, dan Sawah yang Berubah Wajah

Diperbarui: 29 September 2021   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

katakan

Langkah kakinya mulai lemah, pematang sawah seakan lautan ranjau bermata merah. Limapuluh tahun melintasi, pagi hingga petang, musim kemarau sampai datang musim penghujan, tak pernah sekalipun menjauh bahkan membenci. "ini duniaku".

Seorang bocah melintas bak putri raja, mengajak bernyanyi rumpun padi yang menguning hampa. pupuk makin mahal, pestisida tak lagi ramah untuk ukuran si ibu petani biasa. Jangankan mengikuti irama bocah lincah, sekedar mengimbangi deru anginpun, petak sawah dan padi terengah-engah. Senasip dengan ibu tua petani derita.

"Nak, ini warisan masa depanmu." Petak sawah banyak berubah menjadi perumahan kelas menengah, hamparan padi siap di sulap menjadi villa atau sekedar lapangan politik dan kepentingan.

Sungguh warisan tak sepadan, dari seorang ibu penyayang untuk anak tersayang.

#########

Baganbatu, akhir september 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline