Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Seorang Ibu, Anaknya, dan Sawah yang Berubah Wajah

29 September 2021   08:55 Diperbarui: 29 September 2021   09:24 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

katakan

Langkah kakinya mulai lemah, pematang sawah seakan lautan ranjau bermata merah. Limapuluh tahun melintasi, pagi hingga petang, musim kemarau sampai datang musim penghujan, tak pernah sekalipun menjauh bahkan membenci. "ini duniaku".

Seorang bocah melintas bak putri raja, mengajak bernyanyi rumpun padi yang menguning hampa. pupuk makin mahal, pestisida tak lagi ramah untuk ukuran si ibu petani biasa. Jangankan mengikuti irama bocah lincah, sekedar mengimbangi deru anginpun, petak sawah dan padi terengah-engah. Senasip dengan ibu tua petani derita.

"Nak, ini warisan masa depanmu." Petak sawah banyak berubah menjadi perumahan kelas menengah, hamparan padi siap di sulap menjadi villa atau sekedar lapangan politik dan kepentingan.

Sungguh warisan tak sepadan, dari seorang ibu penyayang untuk anak tersayang.

#########

Baganbatu, akhir september 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun