Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Bacakan Untukku, Sajak Penggali Jiwa

Diperbarui: 1 November 2020   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Malam hendak menjelang, ketika tawa merdu mulai di hidangkan, bibir-bibir di poles merah, bau harum melati dan kenanga menyemarakan suasana. Cekikikan dari bilik kecil nan temaram, antara syurga dan neraka hampir tiada beda.

Sunyi tiada tangis. Wajah tersenyum menyembunyikan gerimis, mata sayu memendam hati pedih luka teriris. "Sambutlah rajamu, belai manja mereka yang mengaku berkasta mulia. Kita hanya hina pemuas dahaga."

Sejak kapan malam berbisik kepada kelam? Sejak kapan kepalsuan hanya milik tuan bertahtah nominal. Sama-sama hitam, sama di lembah kesesatan.

Bacakan untuku sajak penggali jiwa, agar gersang batinku sedikit merasa. Aku manusia, aku punya jiwa, aku ingin duduk di syurga sebenarnya.

Sejak lahir, hingga maut hendak memenuhi takdir. Aku sama seperti dirimu, aku tiada beda seperti mereka.

*****

Baganbatu.1 november 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline