Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Menemukan Cinta dalam Angan Empat Musim

Diperbarui: 16 April 2020   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Musim layangan

Seperti biasa kukejar kemana engkau mengarah, teriakan dan air mata tertumpah menggenangi lapangan gersang, segulung benang tercampak di rimbunan alang-alang.

Ku temukan dirimu melayang dalam ruang hampa penuh prahara, menukik dan melambung terserah angin kehidupan membawa. Pasrah kehendak alam menunjukan takdir, di ranting mana kan menuju akhir.

Musim rambutan

Aku paling benci semut rangrang. Berwajah congkak lagi paling senang menggigit hati. Membusungkan dada siap mempertahankan secuil cinta yang ia punya.

Memerah tanda memetik sebagai hadiah, tapi semut hitam pula mendahului anganku menjamah. Bagaimana aku memeluk hatimu, sedang ribuan aksara kawat berduri ada di sana.

Musim durian

Ini pertanda atau wejangan alam. Ribuan kilometer tercium aroma mencintai tak tertandingi, hujan badai bagai simponi tanpa arti. Demi dirimu di atas singgasana, duri tajam biarkan menggores perasaan.

Terlalu lama menunggu engkau mengunjungi, durian jatuh satu persatu. Bagai menghitung berapa tahun pertemuan ini, angan akan rindu menumpuk dalam seporsi.

Musim kebakaran hutan

Sebentar lagi aku menyusulmu. Menyaksikan dahan dan ranting kelojotan terbakar, uapkan air mata dan kedukaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline