Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Rasa di Hati yang Menikam Jiwa

Diperbarui: 18 Juli 2019   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Engkau memulai pagi dengan membasuh matahari, tubuh rapuh tak bernutrisi bagai seonggok sampah di cakrawala. Berlari di antara jerit perih perut yang tak pernah pasti terisi, menggoyang-goyangkan kaki istana berharap ada cipratan air comberanya

Menyusuri pinggiran hati para manusia bertampang priyayi, mengetuk setiap pintu jiwa, mengucapkan kata-kata yang entah dari mana asalnya,"tuan, berilah aku sedikit kasih sayang,"

Tulang patah berderak di hantam kepiluan, menyeret harap yang tak pernah kunjung datang menjelma harapan, di loteng-loteng kemewahan, di puncak pesta pora kenikmatan. Sepasang mata sayu berharap sisa-sisa yang menjijikan

Rasa di hati yang menikam jiwa, berharap pada senja tapi tak pernah memberi kata, merindukan damai saat malam, tapi terlelap sudah jadi barang langka. Tegak berdiri di pinggir lalu-lalang kehidupan, berharap cipratan sebutir nasi pengganjal rasa lapar

Bagan batu 18 juli 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline