Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Khoirul Wafa

Santri, Penulis lepas

Membaca Sebagai Media Diskusi Imajiner dengan Penulis

Diperbarui: 11 Juli 2020   05:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com/Persona Suerte

___________

Dari sebuah tulisan, kadang seseorang berusaha menyampaikan (misalnya) sepuluh pesan dan ide pokok. Tapi kadang yang mampu ditangkap pembaca hanya separuh. Atau sepertiga. Atau bahkan tidak ada yang bisa ditangkap sama sekali, kecuali diksi yang sebenarnya bukan ide pokok. Tapi hanya kalimat basa-basi.

Sayang sekali, inilah yang disebut salah cerna. Salah tangkap. Ingin menyampaikan begini, malah pembaca pahamnya begitu.

Mengapa bisa demikian?

Salah satunya, mungkin karena pikiran pembaca dan penulis "tidak menyatu". Mereka berada di dua jalur yang berbeda.

Sebuah bacaan bukanlah sesuatu yang terlalu sakral untuk "dipuja-puja". Sebab sebenarnya bahasa dan tulisan adalah sekedar media pemersatu. Yang sebenarnya harus berdekatan adalah alam pikiran penulis dan pembaca. Tulisan itu umpama simbol yang dipakai untuk menyampaikan ide. Maka seharusnya yang diutamakan adalah mencerna ide tersebut. Bukan hanya terus menerus terpaku pada "simbol" tadi.

Bagaimana caranya? Jadilah pembaca yang baik. Seolah-olah sedang berdiskusi dengan penulisnya secara langsung.

Tapi tentu saja butuh proses dan waktu. Maka seperti halnya menulis, bakat membaca juga perlu untuk diasah. Dan membaca novel tentunya gak sama caranya dengan membaca buku yang berisi pemikiran.

Disinilah sangat penting adanya seorang guru. Andaikan tidak bisa membuat diri (meski dalam tahap belajar) "menyatukan" alam pikiran dengan penulis, setidaknya ada seseorang yang bisa menjembatani menuju proses itu.

***

Ada pembaca aktif, ada juga pembaca yang cenderung pasif. Maksudnya bukan "benar-benar pasif". Sebab pikiran pastinya bergerak untuk mencerna apa yang tertera dalam tulisan. Hanya istilah saja, untuk memudahkan penjelasan (seperti kata Mortimer J. Adler). Untuk membedakan mana pembaca yang menelan mentah-mentah semua informasi, dan mana yang mencerna lebih dulu, sebelum nantinya informasi baru dari sebuah tulisan akan diapakan. Dikritik? Diabaikan? Atau diterima dan disetujui...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline