Lihat ke Halaman Asli

Kamalia Purbani

Pemerhati Pemerintahan, Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan

Maaf dan Ego

Diperbarui: 10 November 2022   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya mengikuti perkembangan proses pengadilan kasus yang sedang heboh akhir-akhir ini. Saya tertarik dengan komentar para pakar mikro ekspresi tentang tulus tidaknya seseorang dalam meminta maaf. Semua orang memahami bahwa permintaan maaf dapat membantu memperbarui kepercayaan, meredakan luka emosional, dan memperbaiki hubungan yang rusak, sehingga permintaan maaf yang tulus bisa dibilang merupakan kunci untuk mempertahankan hubungan yang kuat, sehat, dan bermakna.

Namun tidak semua permintaan maaf itu dilakukan dengan tulus. Bisa jadi permintaan maaf itu hanya sekedar formalitas dengan rasa terpaksa untuk kepentingan tertentu, bukan muncul dari hati sanubari dengan kesadaran penuh, bahwa dia telah melakukan kesalahan.

Indikasi Permintaan Maaf Tidak Tulus 

Menurut berbagai sumber, untuk mengenali seseorang itu tulus dan bersungguh-sungguh meminta maaf,  indikasi-indikasinya dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Permintaan maafnya tidak diikuti perbaikan pada tindakan
  • Permintaan maaf diikuti kata "jika" atau "tetapi"
  • Jika permintaan maaf kemudian dilanjutkan dengan kata "jika" atau "tetapi", artinya itu bukanlah sesuatu yang tulus. Kata "tetapi" sebenarnya membatalkan permintaan maaf, sementara "jika" menunjukkan bahwa apa pun yang menyakitimu mungkin sebenarnya bukan hal besar baginya.
  • Menyalahkanmu sebagai penyebab kesalahan yang ia perbuat
  • Saat seseorang meminta maaf padamu dengan kalimat, "Aku minta maaf, tapi aku hanya mengatakan itu karena kamu dulu yang memulainya" atau "Aku hanya melakukannya karena kamu membuatku ...". Alih-alih menunjukkan rasa bersalah, permintaan maaf seperti itu sebenarnya sedang menyalahkanmu dan membuat kamu tampak seperti orang jahat.
  • Meminta maaf tapi mengatakan bahwa kita terlalu sensitif
  • Dengan mengatakan bahwa kita terlalu sensitif, sebenarnya mereka sedang mencoba mengalihkan kesalahan mereka kepadamu. Mereka tidak mengerti bagaimana kata-kata atau perbuatan mereka telah menyakitimu. Yang lebih buruk adalah bahwa mereka berpikir bahwa itu adalah kesalahanmu karena merasa terluka tentang cara mereka memperlakukanmu.
  • Mengatakan kamu salah memahami mereka
  • Jenis permintaan maaf seperti ini pada awalnya mungkin terdengar seperti permintaan maaf yang tulus, namun yang sebenarnya mereka lakukan hanyalah mengakui bahwa ada semacam miskomunikasi di antara kalian. Mereka berpikir bahwa ini adalah salahmu yang merasa buruk karena tidak mengerti apa yang mereka katakan.

Sulitnya Kaum Pria Meminta Maaf 

Pria dikenal sebagi makhluk Tuhan yang umumnya memiliki ego sangat tinggi. Pada awalnya sulit sekali untuk saya fahami kenapa kebanyakan kaum pria sulit meminta maaf walaupun sudah jelas-jelas dia bersalah. Belakangan saya menyadari tidak ada gunanya memendam rasa sakit hati berkepanjangan karena ternyata mereka memang terlahir seperti itu. Dari apa yang saya baca, secara ilmiah dapat dijelaskan mengapa seorang pria sulit meminta maaf apalagi secara verbal. Selain karena murni  masalah gender, ternyata ada beberapa hal lain yang menjadi penyebab, yaitu:

  • Dia tak berpikir kalau ia berutang permintaan maaf pada Anda
  • Cara meminta maaf pria berbeda dengan wanita
  • Kadang wanita bersedia meminta maaf bahkan untuk hal-hal yang tidak dia lakukan hanya untuk memperbaiki hubungan. Sementara pria sangatlah berbeda. Konon katanya pria berpikir dengan logika, dan berpikir bahwa meminta maaf untuk hal apapun yang bukan kesalahannya adalah hal yang bodoh.
  • Meminta maaf membuat pria terlihat lemah dan tak kompeten
  • Ada beban emosional tentang permintaan maaf
  • Pria percaya tindakan lebih kuat daripada kata-kata. Banyak pria mengalami kesulitan untuk mengekspresikan perasaannya secara verbal.

Bagaimana Cara Meminta Maaf dengan Tulus 

Dalam Buku The Five Language of Apology karya Gary Chapman dan Jennifer Thomas (2006), ada 5 apology languages yang menunjukkan ketulusan dan kesungguhan:

  • Mengekspresikan penyesalan merupakan aspek emosional terpenting dalam ungkapan permintaan maaf. Seseorang akan mengakui rasa sakit, ketidaknyamanan, kekecewaan, serta pengkhianatan yang ia rasakan terhadap seseorang.
  • Menerima tanggungjawab atas kesalahan merupakan bentuk permintaan maaf melalui tindakan yang nyata. Menerima tanggung jawab adalah tahapan pendewasaan yang tidak dimiliki oleh sembarang orang
  • Menebus kesalahan
  • Mereka yang tulus meminta maaf, rela melakukan apapun untuk mengembalikan atau memperbaiki keadaan seperti semula.
  • Bertaubat
  • Ketika seseorang menyadari kesalahannya, ia akan bertaubat. Ia akan memperbaiki diri, menjauhi semua perbuatan jahat yang pernah dilakukan.
  • Memohon Pengampunan
  • Bagi sebagian orang, memohon pengampunan adalah bagian terpenting saat hendak meminta maaf. Tujuannya yaitu untuk memperbaiki hubungan yang renggang. Orang yang memiliki apology language ini bersedia menurunkan egonya demi memperbaiki masalah mereka.

Semakin tinggi ego seseorang akan sulit baginya untuk meminta maaf. Meminta maaf merupakan salah satu wujud keberhasilan menurunkan ego. Meminta maaf juga banyak memberikan manfaat bukan hanya bagi orang lain tapi justu bagi diri kita sendiri. Meminta maaf akan mengurangi beban fikiran karena rasa bersalah, serta ketidak nyamanan karena memburuknya hubungan interpersonal kita dengan seseorang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline