Lihat ke Halaman Asli

Kali Yuga

Penulis Amatir

Bagaimana Mungkin Bangsa Indonesia Tidak Mempunyai Istana Negara yang Dibangun Sendiri?

Diperbarui: 5 Maret 2016   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memperjuangkan Kemerdekaannya dengan pengorbanan darah dan harta, sebuah bangsa yang memperoleh Kemerdekaan dengan sebuah kebanggaan. Melawan para penjarah dan penjajah dengan keberanian dan daya juang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang Besar!

Istana Negara adalah lambang Negara, adalah perwujudan identitas Bangsa, di sanalah tempat kediaman para Pemimpin Bangsa Besar ini. Merumuskan dan mengarahkan kebijakan dan membawa Bangsa Indonesia menjadi Bangsa yang besar.

Mana rasa kebanggaan itu ketika, seorang pemimpin bangsa ini tidak mempunyai kediaman yang benar-benar representasi bangsa ini. Semiskin itukah bangsa ini, hingga Istana Pemimpin Bnagsa Indonesia masih mendiami bekas rumah penjarah dan penjajahnya, sangat memalukan.

Istana Negara yang ada sekarang adalah monumen kolonialisme yang tanpa sadar kita lestarikan. Istana yang dulu disebut Istana Rijwijk ini adalah menjadi saksi ketika sistem tanam paksa atau cultuur stelsel ditetapkan Gubernur Jenderal Graaf van den Bosch. Begitu sengsaranya bangsa kita waktu itu, dan kini para pemimpin bangsa ini tanpa sadar atau sadar, masih mendiami Istana ini.

Dengan dijadikannya Istana bekas penjarah dan penjajah asing, menyebabkan secara bawah sadar, bangsa kita menjadi bangsa yang inferior terhadap bangsa yang dulu pernah menjarah dan menjajah.

Seolah-olah para pemimpin kita adalah kepanjangan dari mereka, dan patut juga kita pikirkan aura dari istana tersebut, masihlah menyimpan suatu bentuk mental para Gubernur Jendral waktu itu. Suatu mental menjajah. Begitu angkuhnya dan dilestarikan hingga saat ini.

Hal yang paling nyata adalah secara bawah sadar mengubah mindset bangsa ini dalam hal arsitektur.

Bahwa rumah yang bagus adalah rumah dengan gaya eropa dan yunani.  Rumah gedung, ala spanyol dan mulai hilangnya kearifan local rumah tradisional yang secara nyata sangat cocok dengan iklim Indonesia.

Hal ini menurut saya adalah hal yang sangat penting, tapi kita selalu disibukkan membahas hal-hal yang remeh. Bangsa kita selalu dilenakan oleh pemikiran yang sepele, dari masalah agama, gender dan sepak bola. Dan tidak menyadari bahwa kita tidak mempunyai lambang negara berupa kediaman Pemimpin Bangsa Besar Indonesia.

Kebanggaan sebagai bangsa tidak bisa dibangun secara sederhana, harus dimulai dengan pembangunan symbol identitas yang nyata.

Saya mempunyai ide, untuk membuat sebuah Istana Negara yang memang dibangun oleh bangsa ini, sesuai dengan kearifan local. Untuk gedung bekas penjarah, bisa dijadikan sebagai museum kolonialisme, atau yang ekstrim sebagai hotel saja. Biar bangsa kita bisa menginjak-injak keangkeran kediaman Gubernur Jendral penjarah dan penjajah tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline