Lihat ke Halaman Asli

Panji Joko Satrio

Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Jangan Mau Jadi Korban Kegenitan PKS

Diperbarui: 3 Januari 2016   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Inneke Koesharawati (Foto nyomot dari liputan.com)"][/caption]

Kita mungkin sudah lupa kepada Inneke Koesharawati, bekas bintang syur tahun 1990-an. Kemudian tiba-tiba PKS menyorongkannya ke depan hidung kita. Si eks bintang itu didosok untuk berlaga di kancah politik, nyalon gubernur DKI.

Inneke mungkin kaget ketika tiba-tiba namanya kembali menyeruak ke khalayak ramai. Serta lebih kaget lagi ketika masa lalunya sebagai bintang panas kembali dicencang-cencang.

Tentu saja, Inneke sudah bertobat (maafkan saya atas kosakata "bertobat" ini). Tetapi Inneke juga tak bisa bersembunyi dari masa lalunya, bukan?

Apalagi posisi Ineke waktu itu bukan artis biasa. Boleh dibilang, dia salah satu lokomotif penggerak film-film syur di era tahun 1990-an. Acapkali saya berpikir, menjamurnya film panas di era itu bukan semata masalah industri (ekonomi). Bisa jadi ada motif politis di belakangnya.

Jadi ketika "dosa" dia diungkit-ungkit, ya anggap saja sebagai penghapus dosa. Dan Inneke, apa boleh buat, harus tabah jika di masa depan, namanya kembali diungkit. Itu sebuah risiko atas pilihan yang dulu sempat dia jalani, bukan? Ah, tulisan ini kok sok bijak.

Cuma Genit
Tapi PKS sendiri hampir pasti tak serius untuk mengusungnya maju sebagai calon wakil gubernur. Inneke cuma komoditi dalam jualan politik. Ini cuma bentuk kegenitan partai dakwah itu. Itung-itung numpang popularitas.

Jadi status Inneke seperti Rhoma Irama yang dulu diajukan sebagai calon presiden dari Partai Ksatria Bergitar (PKB). Wah, ternyata PKS dan PKB sama-sama genit, ya he...

Jika PKS serius mengusung Inneke, rasanya aneh. Karena Inneke, sejauh yang kita tahu, tidak berniat terjun ke dunia politik. Jadi kesannya ujug-ujug.

Tetapi sial bagi Inneke. Masuk (atau dipaksa masuk) ke kancah politik ibarat nyebur ke danau penuh buaya dan ular berbisa. Begitu nyemplung, akan langsung jadi santapan para reptil ganas.

Begitu nyebur ke politik, kita akan dikuliti luar-dalam. Dibongkar dan dicari kebusukkan diri kita. Serta akan di-down grade kualitas diri kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline