Lihat ke Halaman Asli

Seni Kintsugi, Untukmu yang Saat Ini Berada di "Titik Terendah"

Diperbarui: 8 Februari 2022   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benda pecah yang diperbaikin dengan metode kintsugi.| Sumber: Ruthann Hurwitz/Wikimedia Commons via bobo.grid.id

Memiliki karier yang sukses, bisnis yang berkembang dan kehidupan yang bahagia adalah impian semua manusia. Hal ini wajar karena manusia adalah makhluk hedonik, Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang secara naluriah ingin menghindari rasa sakit dan penderitaan. 

Ekspektasi manusia senantiasa mengharapkan yang indah-indah, seluruh impian dan harapannya bisa berjalan dengan mulus dan sempurna tanpa terdapat permasalahan.

Namun nyatanya, impian tersebut tidak berjalan dengan sempurna, mulai dari kegagalan dalam membangun karier, kegagalan dalam study, kehilangan pekerjaan, kehilangan kerabat bahkan kehilangan anggota keluarga. 

Seluruh peristiwa buruk tersebut membuat kita merasakan kalau hidup kita tidak sempurna serta penuh kesialan. Kehidupan ini memanglah tidak selamanya mulus. Ada saat dimana kita berada di titik terendah, yang itu membuat kita down dan tidak semangat dalam menjalani kehidupan. 

Di Jepang terdapat seni kerajinan unik yang bernama seni kintsugi. Seni kintsugi menaruh arti filosofis dalam memandang ketidaksempurnaan. Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan serta peristiwa kurang baik di masa lalunya. 

Seni ini mengarahkan kita untuk belajar memperbaiki ketidaksempurnaan dengan metode yang baik serta mengganti perspektif hidup kita jadi lebih bermakna.

Memahami Filosofi Seni Kinstugi

Seni kintsugi berawal pada periode Muromachi di akhir abad ke 15. Yakni pada saat shogun Jepang, Ashikaga Yoshimitsu (1358-1208) memecahkan mangkuk teh favoritnya. Dengan penuh kesedihan serta penyesalan, akhirnya Ashikaga mengirimkan mangkuk itu ke perajin di Cina untuk diperbaiki.

Akan tetapi, pada saat mangkuk favoritnya itu tuntas diperbaiki, Ashikaga sangat kecewa dengan hasilnya serta terganggu dengan plat besi (staples logam yang jelek) yang digunakan untuk menggabungkan kembali bagian-bagian yang pecah belah, menjadikan sambungannya nampak kurang ekstetik lagi. 

Karena tidak merasa puas dengan hasil perbaikan dari perajin Tiongkok. Akhirnya, Ashikaga memerintahkan para perajin Jepang supaya memberikan penyelesaian dari mangkuk teh yang rusak tadi. Para perajin Jepang berupaya memperbaiki mangkuk teh tersebut dengan melekatkan tiap bagiannya dengan lem dari bubuk emas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline