Lihat ke Halaman Asli

Kecemasan Hanya Soal Persepsi Saja

Diperbarui: 15 Februari 2024   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Design Pribadi (Use Canva)

Akhir-akhir ini saya banyak melihat orang sedikit-sedikit cemas. Sedikit-sedikit harus healing biar tidak stres. Sebentar-sebentar harus makan enak supaya tidak gila. Termasuk saya sendiri. Ketika saya merasa tidak tahu mau apa untuk menyelesaikan masalah ya sudah, makan saja yang banyak. Ketika merasa bahwa kemacetan di jalanan akan menghambat aktivitas, maka saya bisa marah.

Namun, ketika membaca buku Filosofi Teras membuat pikiran saya terbuka semakin lebar. Apalagi setelah membaca wawancara oleh Henry Manampiring bersama Dr. Andri SpKJ FAPM.

Persepsi Negatif dan Positif

Dari hasil wawancara tersebut Dr. Andri mengatakan bahwa manajemen cemas sama dengan manajemen persepsi. Dr. Andri memberikan contoh ketika kita terjebak dalam kemacetan lalu mengatakan "wah sialan gue gak bisa jalan" dan ini adalah persepsi negatif. Sedangkan persepsi positifnya adalah "wah terjebak macet di jalan, di sebelah cewek cakep (istri), gue bisa ngobrol lama-lama sama dia".

Setelah membaca penggalan wawancara tersebut, saya menyimpulkan bahwa saat kita terjebak dalam kondisi sulit dan persepsi negatif muncul, maka cemas semakin meningkat. Namun, sebaliknya kalau kita dapat menanggapi kondisi sulit dengan positif maka kebahagiaan meningkat dan cemas menurun.

Ada banyak contoh persepsi positif dalam kondisi sulit yang secara tidak sadar banyak saya temui dalam keseharian. Salah satunya persepsi positif yang selalu suami saya utarakan.

Soal Uang

Salah satu persepsi positif yang suami utarakan ketika suatu hari kami sedang mengisi bahan bakar mobil di SPBU dan saat menuju jalan keluar kami melihat seorang perempuan dan laki-laki di pinggir jalan. Kedua orang itu memarkir sepeda motor di pinggir jalan dan laki-laki itu membawa papan kardus bertuliskan "mohon bantuannya beli bensin untuk pulang ke rumah".

Dengan sigap suami saya langsung mengambil uang dan memberikan kepada orang tersebut melalui kaca mobil. Kemudian ia berkata "Kehabisan bensin mereka. Orang perantau, mau pulang tapi kehabisan uang. Kita gak tau kehidupan mereka seperti apa. Gak rugi juga ngasih mereka."

Kemudian saya mengatakan, "itu kalau orang yang pikiran negatif pasti gak mau ngasih. Kebanyakan kan pada bilang--paling buat beli minuman, paling juga boong, dan paling juga males kerja."

Berdasarkan peristiwa tersebut, dapat kita simpulkan bahwa apabila kita melihat segara sesuatu dengan memberikan respon dan persepsi yang positif akan membawa ketenangan untuk kita. Berbeda apabila kita tetap memberi uang untuk membantu orang tapi pikiran kita mengatakan "duh, sayang uangnya kalau dia pakai sembarangan. Sayang uangnya kalau gak dibelikan bensin beneran. Duh tadi kebanyakan ngasihnya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline