Lihat ke Halaman Asli

Tumben Es Teler 77

Diperbarui: 30 November 2015   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedih banget rasanya malam ini. Belum pernah mengalami sebelumnya. Saat hujan lebat mengguyur Kota Semarang, saya begitu bersemangat masuk ke Restoran Es Teler 77 yang ada di Bandara. Salah satu resto favorit saya. Membayangkan panasnya Mie Goreng kesukaan dan Es Teler idaman sudah bikin ngiler. Saya memang penggemar berat Es Teler 77.

Kebetulan saya lagi menunggu istri yang terbang dari Jakarta menuju Semarang.  Saat saya masuk, staf memang berkata bahwa makanan sudah habis, kecuali Mie Goreng. Wah, pas pikir saya, makanan favorit masih ada. Sayangnya Es Teler sudah habis. Tak apalah, yang penting Mie Goreng masih ada. Saya lalu pesan Satu Mie Goreng plus Satu Teh manis hangat. 

 

Betapa kagetnya saya, saat dihidangkan ternyata Mie sudah dingin. Lalu saya bertanya, "Mbak mengapa mie gorengnya dingin?" Dengan enteng si pegawai Es Teler menjawab: "memang kalau mie goreng sudah disiapkan dari tadi siang". Wah, saya terus terang kecewa, dan setelah nyicip dua tiga sendok, mie  dingin itu sudah tidak bisa masuk. Mual rasanya. Untuk menghangatkan pun staf tadi enggan.

Lalu iseng saya bertanya, "Mbak mana Bon pembelian saya..." Si pegawai menjawab: "Maaf Pak, komputer sudah mati, kami buat manual...". Saya kemudian penasaran mau tau harganya Rp 40.000 pembagiannya bagaimana. Saya pun bertanya :"Mbak harga Mienya berapa, dan teh hangatnya berapa ya...?"

Pegawai Es Teler 77 menjawab: "Mie 30.000 dan Teh hangat Rp 10.000". Wah, saya tentu protes, karena melihat daftar menu dengan jelas tertui;lis, harga teh manis hangat tertulis Rp. 5454, sesudah pajak hanya Rp 7000-an.

Tapi si Mbak menjawab enteng: " Ya, memang harganya tidak sama Pak, antara di daftar harga dengan yang asli. Papan harganya belum sempat diganti". Saya merasa agak aneh, sebab seingat saya Resto ini sangat baru di bandara. Yah, sudah kecewa makanan dingin, harganya tidak sama antara tabel harga dengan yang ditagih.

Sudahlah, belajar bersyukur dan mengambil hikmahnya saja. Bagaimanapun pengalaman ini tetap berarti buat saya, agar saya lebih berhati-hati. Jangan terlalu cepat percaya hanya dengan selera pribadi, dan nama besar Es Teler 77. Mungkin karena ini francise bisa saja ada cabang yang tidak menjaga mutu dengan bijak.

 

Ah, malam ini memang kurang menguntungkan bagi perut saya. Tapi kekecewaan saya langsung sirna, saat mendengar kekasih saya sudah mendarat. Pengalaman  inipun jadi salah satu bahan obrolan saat pulang menuju rumah kami di Salatiga. Es Teler oh Es teler 77….

 

Salam Kompasiana

Julianto Simanjuntak

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline