Lihat ke Halaman Asli

Julius Deliawan

https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Rektor Atau Ilmuwan Asing yang Kita Butuhkan?

Diperbarui: 12 Agustus 2019   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: kompas.com

Ketika media ramai membicarakan wacana menristekdikti untuk mengimpor rektor, saya jadi teringat diskusi yang dulu, ketika jadi mahasiswa pernah jadi bahasan.
Kala itu saya mewakili teman-teman mahasiswa terlibat sebagai panitia penjaringan bakal calon rektor. Mengawali proses, sebanyak mungkin kami mendiskusikan, rektor seperti apa sih yang sebenarnya kami butuhkan.

Dalam satu diskusi, berkembang sebuah pemikiran. Bahwa sebenarnya, rektor itu adalah seorang manager. Pimpinan yang mengelola organisasi. Sehingga  yang dibutuhkan tentu bukan seorang ilmuwan. 

Seorang pemateri bahkan mengatakan, sayang jika seorang guru besar (profesor), yang mumpuni secara keilmuan harus menjadi rektor. Karena kesempatannya dalam urusan akademik menjadi sangat berkurang. 

Waktunya habis untuk urusan non akademik yang tidak berhubungan dengan keilmuan yang dia miliki. Tentunya ia akan menjadi sibuk mengurus organisasi kampus yang ia pimpin.

Ia menambahkan, semestinya mimpi seorang dosen itu bukan menjadi pejabat struktural kampus, tetapi menjadi seorang guru besar dalam keilmuan yang dia ampu.

Mencermati pernyataan menristekdikti, pertanyaan lama itu kembali muncul dalam benak saya. Sebenarnya kampus-kampus PTN kita itu mau di bawa kemana sih sama menristekdikti? Mendunia? Apanya? Keilmuannya atau organisasinya? Atau hanya sekedar, menghadirkan  "simbol internasional"?

Ilmuwan yang kita butuhkan, jika nantinya kita berharap ada tansfer ilmu pengetahuan yang dibutuhkan. Karena jumlah ilmuwan di negeri kita dalam bidang tertentu tidak mencukupi atau bahkan mungkin belum ada. 

Sementara,   tidak semua anak bangsa memiliki dana yang cukup untuk menimba ilmu di negara lain. Padahal kita perlu berdiri setara dengan bangsa-bangsa lain dalam membangun peradaban.

Sehingga kebijakan menghadirkan ilmuwan menjadi pilihan bijak. Sebagaimana kita juga pernah mengeksport pendidik ke negara tetangga di suatu era. 

Pilihan tersebut juga jauh lebih murah, dibanding apabila kita mengirim sebanyak mungkin putra putri kita ke negara lain. Seperti yang pernah ditempuh Jepang dalam mengawali restorasi Meiji. Tetapi dengan catatan, kita memang tidak memiliki atau kurang ilmuwan dalam bidang tersebut.

Apakah kita memang benar-benar membutuhkan rektor asing? Lantas apa yang kita ingin dapatkan dari upaya tersebut? Seorang rektor, mampukah meningkatkan reputasi sebuah universitas? Padahal, reputasinya sebagian besar dilihat berdasarkan proses akademik yang berlangsung didalamnya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline