Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Pulang Bukan Untukku

Diperbarui: 20 Agustus 2021   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: diary.co.id

Kalau dikatakan dekat, kita memang dekat. Kita sering berkomunikasi meski hanya lewat pesan singkat pada jam-jam tertentu. Meski tak lama, namun kau telah menyemikan kuntum cinta di hatiku. 

Sesekali suaramu kudengar jika kau meneleponku. Tak karuan perasaan hatiku. Antara bahagia dan perasaan ragu hinggap di hatiku.

Aku merasa kita dekat tapi tak sepatah kata cinta terucap. Jauh dari semua itu. Seperti jauhnya jarak tempat kerjamu dan tempat kerjaku. Keraguan semakin menjadi. 

"Nanti lebaran haji aku pulang lho. Aku ke rumahmu ya," ucapmu suatu saat.

***

Hari demi hari kulalui tanpa ingin memikirkanmu. Tak selalu kupegang ponsel. Aku benar-benar ingin memastikan rasaku. 

Kalau sudah kulakukan seperti itu kau kembali intens menghubungiku. Kembali kurasa kalau kau jauh tetapi dekat di hati. Namamu begitu melekat di ingatan. Namun aku tak ingin berharap banyak dari hubungan kita. Keraguan tak bisa hilang dari hatiku.

Benar, Allah sesuai prasangka hambaNya. Ketidakyakinanku atas hubungan kita, berakhir duka di penghujung bulan Dzulhijjah. Di bulan Dzulhijjah atau bulan haji di lingkungan kita sering dimanfaatkan untuk acara walimahan atau pernikahan.

**

"Sekarang ada acara ngundhuh mantu di rumah pak Kirno, dik. Kamu nggak datang?" Sebuah kabar dan pertanyaan dari tetanggamu, yang juga temanku, membuat hancur hatiku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline