Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Lelaki Pecinta Bunga

Diperbarui: 2 Agustus 2020   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pxhere.com

"Bu, aku keluar sebentar ya. Sama pakdhe," suamiku berpamitan saat aku tengah di kamar mandi. Ya...sesiang ini aku baru berani mandi. Akibat cuaca ekstrim. Siang panas sekali. Nah kalau malam hari sampai pagi, udara begitu dingin. Bedhidhing kata orang Jawa.

"Hadehhh... pergi lagi?" Tanyaku dari kamar mandi. Kurasa baru saja dia sampai rumah. Tetapi sekarang sudah mau pergi lagi.

"Iya..."

"Lha ada acara apa?"

"Lihat tanaman..."

Nah...benar kan dugaanku. Pasti pergi lagi gara-gara tanaman. Suamiku memang pecinta bunga atau tanaman hias. Segala tanaman bunga, dia hafal. Aku yang perempuan saja kalah dalam hal perbungaan ini.

Saking cintanya dengan bunga, terkadang suami pergi ke perbukitan, kali, hutan pinggir dusun. Demi mendapat bunga secara gratis dari alam. Dan dari kecintaannya terhadap bunga dan tanaman hias, dia sering mendapat celaka.

Saat ke perbukitan di kapanewon atau kecamatan sebelah misalnya, motornya sempat keplorot. Nggak bisa naik, saking jalannya terjal. Akibatnya, pergelangan tangan keseleo karena menahan setang motor. Sampai saat ini belum pulih juga pergelangan tangannya itu.

Urusan pergelangan tangan belum sembuh dan pulih. Beberapa hari yang lalu dia sambat atau mengeluh kalau kakinya bengkak. Aku yang masih sibuk urusan sarapan sudah diminta mengurut kakinya.

"Kok bengkak. Emang kenapa itu, pak?"

"Terperosok di hutan. Tadi malam."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline