Lihat ke Halaman Asli

Joko Yuliyanto

pendiri komunitas Seniman NU

Naskah Monolog: Koin

Diperbarui: 18 Mei 2021   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

 

KOIN

Oleh: Joko Yuliyanto

Kehidupan lekat akan sebuah pilihan. Setiap perjalanan manusia. Dalam skala kecil hingga keputusan besar yang berdampak kepada kelangsungan hidup manusia lainnya. Pilihan-pilihan tersebut yang menentukan kemana manusia akan bergerak. Menjadi pribadi yang dipuji atau pribadi yang dibenci.

Naskah "koin" hanyalah sebuah fragmen kebudayaan manusia. Tidak melulu memberikan gambaran universal tentang sebuah pilihan. Beberapa untuk dipesankan kepada mereka yang bisa menarik gambaran besar akan tipisnya perbedaan sebuah pilihan. Ada yang dirasa baik dan lebih baik, ada yang buruk dan terlihat seperti buruk, ada kemauan tapi bukan kebutuhan, ada kewajiban tapi bukan keinginan. Semua melebur menjadi titik-titik konflik dalam diri mansuia.

KOIN! Menjadi manusia yang bisa merasa atau manusia yang merasa bisa.

Bersandiwara cukup di atas panggung, selebihnya jangan!

 

pemuda bernyanyi di sebuah kursi panjang. Ditemani bising suara kendaraan, ramai celotehan manusia yang saling menjajakan dirinya. Suara TV yang serak, suara gesakan sepatu yang berirama, dan nada-nada bersahutan di segala sisi ruangan. Suara-suara itu melemah dan kemudian hening. Dia tertidur lelap.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline