Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Korea Selatan tentang Penerapan New Normal

Diperbarui: 30 Mei 2020   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemeriksaan pegawai Coupang di Korea Selatan. Sumber foto: www.koreatimes.co.kr

Pandemik Covid-19 membuat beberapa negara berpikir keras bahkan sedikit kewalahan untuk mengatasi mata rantai penyebaran virus corona karena sangat menguras keuangan negara. Indonesia dan Korea Selatan sebagai contoh negara yang sudah menerapkan era new normal

New normal menurut Kemenkes (2020) adalah kondisi dimana masyarakat dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan melakukan adaptasi untuk dapat hidup berdampingan dengan Covid-19. Korea Selatan sebagai salah satu negara yang lebih dulu menerapkan new normal berupa kelonggaran terhadap aktivitas masyarakat sehari-hari dengan tetap menerapkan anjuran protokol kesehatan dari pemerintah sejak awal bulan ini. Beberapa fasilitas publik sudah dibuka seperti sekolah, gereja dan lain-lain. 

Setelah diberi kelonggaran apakah yang terjadi? Berdasarkan berita dari cnbcindonesia.com ditemukan 79 kasus baru sehingga jumlah keseluruhan kasus Covid-19 di Korea Selatan menjadi 11.344 kasus dan sekarang ditemukan kluster baru yaitu perusahaan e-commerce Coupang di Bucheon, Seoul Selatan (cnbcindonesia.com). 

Data sebaran Covid-19 di Indonesia yang diambil dari www.covid19.go.id tanggal 29 Mei 2020 yang positif sudah mencapai 25.216 kasus, sembuh 6.492 dan meninggal 1.520.  Perusahaan Coupang ini kalau di Indonesia dapat berupa tokopedia, bukalapak dan lain-lain. Tidak puas dengan berita dalam negeri, saya coba cari berita versi korea (www.koreatimes.co.kr), ternyata sesuai dengan berita versi Indonesia. Berdasarkan informasi atau berita di koreatimes.co.kr, ditemukan Covid-19 di komputer perusahaan Coupang (e-commerce) sehingga total kasus di Korea Selatan berjumlah 11.402 kasus. 

Ditelusuri juga dari berita koreatimes.co.kr, beberapa perlengkapan di komputer yang terdeteksi Covid-19 adalah keyboard, mouse dan laptop yang biasa digunakan oleh karyawan perusahaan . tersebut. Setelah diinvestigasi lebih lanjut, ternyata Covid-19 juga ditemukan pada topi dan sepatu karyawan perusahaan tersebut. 

Saya coba menelusuri informasi Covid-19 melalui laman facebook KBRI Seoul ternyata benar dan valid informasi tersebut, Dubes RI di Korea Selatan dalam laman facebook KBRI Seoul menyatakan bahwa beberapa fasilitas umum seperti karaoke dan tempat hiburan malam akan ditutup, rencana pertemuan publik juga akan ditangguhkan dan masyarakat dihimbau pergi ke restoran atau tempat terutup lainnya. KBRI Seoul juga membuat pengumuman terkait pemberlakuan pembatasan sosial di wilayah Seoul dan Gyeonggi-Do mulai Jumat 29 Mei 2020 pukul 18.00 sampai dengan 14 Juni 2020.  

Sumber foto: Facebook KBRI Seoul

Belajar dari kasus Korea Selatan, bagaimana dengan Indonesia? Menurut saya kejadian ini dapat terulang jika masyarakat kurang disiplin dan kurangnya pengawasan dari pemerintah kita. Pemberlakuan new normal yang tidak disertai dengan pengawasan yang cukup ketat dan perubahan perilaku masyarakat yang menurut saya masih "kurang disiplin" sangat rentan untuk penambahan kasus kluster Covid-19 yang baru. Perlunya penerapan sanksi yang ketat dan juga sanksi sosial dari masyarakat terhadap pelanggar yang kurang disiplin patut diterapkan untuk mengatasi pandemik Covid-19 ini. 

Banyak contoh kerentanan yang terjadi contoh seperti pegawai-pegawai di Kementerian, perusahaan swasta dan lain-lain,  misalnya kita ambil contoh di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang setiap hari kerja menggunakan bus kantor dari Bogor atau luar Jakarta ke Jakarta (Gedung Manggala Wanabakti) memakan waktu 1 sd 1,5 jam.  

Jika pegawai-pegawai sudah bekerja dapat dibayangkan apa yang terjadi jika ada kelalaian terutama saat di bus kantor misalnya dari Bogor ke Jakarta, belum lagi saat di kantor dan pulang dari kantor. Sudah siap kah kita dengan pengawasan seperti ini? 

Saya juga memiliki kekhawatiran terhadap anak sekolah seperti TK (Taman Kanak-Kanak), SMP, SMA bahkan universitas jika misalnya era new normal diterapkan sekolah, saya sangat takut akan hal itu. Contoh kasus anak-anak TK, mengingat kondisi sebelum Covid-19 saja, anak saya sering sakit seperti batuk, flu demam yang kemungkinan menular dari temannya karena terbukti selama belajar di rumah kondisi anak saya tidak pernah sakit. 

Dapat dibayangkan jika trend Covid-19 ini tetap naik dan new normal tetap berjalan, kekhawatiran dan kecemasan pasti melanda orangtua yang anaknya sekolah di TK. Kecemasan bukan hanya buat siswa sekolah dari TK sampai dengan universitas tetapi juga para pekerja baik di pemerintahan maupun sektor swasta di tengah kondisi new normal dan trend kasus Covid-19 masih tinggi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline