Lihat ke Halaman Asli

Johansyah M

Penjelajah

Hari Raya, Sambut Penuh Suka Cita

Diperbarui: 23 Mei 2020   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Id mubarak atau hari raya yang penuh berkah, di mana kita sering menyebutnya "Selamat Hari Raya". Inilah saatnya kita ucapkan kepada sesama muslim setelah menjalani pembekalan ruhaniah ramadhan untuk menempa jiwa agar menjadi pribadi yang lebih berkualitas.

Semua orang muslim berlebaran sesuai dengan kondisinya masing-masing. Tahun ini mungkin tahun yang memilikukan bagi umat muslim sedunia karena harus menjalani puasa di tengah serangan pandemi covid. Mereka yang ingin bersilaturahmi ke kampung halaman, dilarang untuk mudik guna mengantisipasi penyebaran virus.

Id artinya kembali. Sedangkan fitri bermakna suci dan fitrah. Fitri berasal dari kata fitrah yang bermakna asal mula kejadian, menyingkap, tabiat, kebaikan, dan agama. jadi idul fitri itu bisa bermakna kembali suci, kembali kepada fitrah, kembali pada kebenaran (agama), dan kembalinya kecenderungan untuk berbuat baik.

Dari itu, orang yang lebaran itu tidak semua idul fitri. Artinya ada dua kelompok; pertama mereka yang meramaikan hari raya idul fitri yang mungkin dengan style dan pakaian baru, rumah baru, perabotan baru, dan semua hal baru yang bernuansa fisik, tapi mereka tidak memperoleh nilai dari puasa.

Kelompok kedua adalah mereka yang benar-benar idul fitri karena kesungguhan beribadah dan beramal selama di bulan ramadhan. Mereka memanfaatkan momentum ramadhan untuk memohon ampun dan memohon rahmat. Puasa yang mereka lakukan adalah totalitas penghambaan diri pada Yang Maha Besar.

Kita lah yang tau, berada di kelompok mana, pertama atau kedua? Jawabannya ada pada diri masing-masing, tergantung sebaik apa amalan yang dilakukan pada bulan ramadhan. Bagaimana puasa kita, apakah hanya menahan lapar dan dahaga, sementara indera, pikiran dan hati kita tidak berpuasa? Ini urusan masing-masing kita dengan Allah Swt.  

Saling memaafkan

Terlepas di kapling mana kita berada, mungkin salah satu amaliyah hari raya yang sejatiya kita wujudkan adalah meminta maaf dan memaafkan. Amaliyah ini adalah salah satu wujud takwa. Orang yang tidak diliputi dengan keimanan yang tangguh tidak akan mau saling memaafkan. Dia gengsi bahkan menyombongkan diri untuk tidak meminta maaf karena merasa tidak bersalah, lebih senior, dan alasan-alasan lainnya.

Meminta maaf terkadang jauh lubih sulit dari memaafkan. Namun yang pasti ketika ada kerelaan hati meminta maaf, itu menandakan bahwa seseorang menyadari kekurangan dan kesalahannya, dan merasa batinnya tersiksa sebelum memohon maaf. Soal orang memaafkan atau tidak, itu lain cerita. Yang penting sudah minta maaf.

Berarti dia sudah terlepas dari dari kesalahan, tinggal orang yang dimintai maaf. Sebagian ada yang memang tipe pendendam. Ketika ada orang yang berbuat salah dan meminta maaf kepadanya, dia sulit memaafkan. Kita bisa lihat banyak kasus, bahkan banyak orang yang putus silaturrahmi hingga ajal menjemputnya. Mirisnya lagi, mereka ada saudara sedarah yang mungkin bertikai hanya karena warisan hingga mereka tega memutuskan silaturrahmi.

Dalam sebuah ayat ditegaskan; "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim." (QS. Asy-Syura: 40).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline