Lihat ke Halaman Asli

Johan Wahyudi

TERVERIFIKASI

Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Etika Mengkritik yang Santun

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1301898253941657839

[caption id="attachment_99958" align="aligncenter" width="640" caption="Aku suka dikritik karena aku sedang dan ingin terus belajar."][/caption]

Manusia adalah makhluk social. Artinya, manusia selalu membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Maka, Tuhan melengkapi manusia dengan kemampuan berpikir dan berkomunikasi. Dan kemahiran ini perlu diasah dan dikembangkan sehingga benar-benar bermanfaat baginya.

Dalam berkomunikasi untuk menurutkan hasratnya, manusia sering tercebur ke situasi yang menuntut pemikiran rasional dan factual. Namun, manusia sering menggunakan semata pikiran dangkal yang kurang memperhatikan etika. Dan itu sering dilakukan ketika mengkritik orang lain. Atas dasar itulah, aku akan berbagi gagasan dan pengalaman yang semoga bermanfaat, terkhusus diri yang sedang belajar.

Kegiatan mengkritik adalah kegiatan yang paling menyenangkan bagi semua orang. Mengapa? Karena mengkritik (sering) hanya dimaknai sebagai kegiatan untuk menunjukkan kesalahan orang lain. Pemahaman yang sedemikian, menurutku, sungguh teramat menyesatkan. Oleh karena itu, kita harus menjaga etika ketika akan mengkritik orang lain. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika akan mengkritik orang lain. Ketiganya adalah menjaga kesantunan bahasa, gunakanlah alasan yang logis, dan berikanlah solusi. Berikut kupasannya.

Etika 1: Menjaga Kesantunan Bahasa

Niatnya memang baik. Namun, itu dapat dimaknai buruk karena kesalahan pemakaian bahasa, terlebih mengkritik orang lain. Dan kita sering melakukan kesalahan ini. Niatan baik itu dimaknai sebagai tindakan menggurui, memalukan teman, atau mendeskreditkan orang lain.

Ketika mengkritik orang lain, hendaknya kita menggunakan bahasa yang sopan. Hindarilah penggunaan kosa kata kotor atau umpatan. Jika kita dipancing untuk berkata kotor, cobalah menahan diri untuk tidak membalas umpatan itu. Pikirkanlah sebelum bertindak karena lidah kita tak bertulang. Maka, kepribadian kita justru akan terukur jika kita mampu mengendalikan lidah itu. Jika kata sudah terucap atau tertulis, itu dapat menjadi ranjau kehidupan. Berbahaya...!!!

Etika 2: Gunakanlah Alasan Logis

Teman yang baik bukanlah orang yang selalu memuji kelebihan. Teman yang baik adalah teman yang berkenan untuk menunjukkan kekurangan atau kelemahan kita. Maka, di sinilah kita akan menemukan teman dan sahabat sejati. Apakah dia hanya berkeinginan untuk menjilat atau menjelekkan kita.

Ketika mengkritik, kita sering menggunakan dasar suka dan tidak suka (like and dislike). Maka, terjadilah kesalahpahaman antarkita. Mengapa? Karena kita tidak menggunakan alasan yang logis ketika mengkritik orang lain. Semua didasarkan atas opini tanpa dasar. Kita perlu tahu bahwa bisa jadi orang lain itu lebih pandai daripada diri kita. Mereka memang sengaja menidurkan diri karena ingin menimba ilmu dari diri kita. Air yang dalam biasanya tak berombak.

Etika 3: Berikanlah Solusi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline