Lihat ke Halaman Asli

Jn. Aether

Freelance Writer

Mimpi Bebas Banjir: Antara Kenyataan atau Harapan?

Diperbarui: 13 Maret 2024   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Banjir dan Sampah (pexels.com/David Iloba)

Banjir, kata ini tak lagi asing bagi masyarakat Indonesia. Hampir setiap tahun, berbagai daerah di tanah air dilanda banjir, tak terkecuali Palangkaraya yang baru saja mengalami banjir parah di awal tahun 2024. Air bah melanda, kehidupan terhenti, dan mimpi bebas banjir masih jauh dari kenyataan.

Realita Pahit Banjir yang Melanda Indonesia
Banjir di Palangkaraya hanyalah contoh kecil dari fenomena yang lebih besar di Indonesia. Banjir Jakarta, banjir Semarang, banjir Bandung, dan masih banyak lagi menjadi bukti bahwa mimpi bebas banjir masih terhalang realita pahit. 

Data BNPB menunjukkan bahwa pada tahun 2023, terdapat 2.977 bencana alam di Indonesia, dengan banjir menjadi jenis bencana yang paling banyak terjadi, yaitu sebanyak 1.282 kejadian.

Banjir ini telah menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan dan merenggut banyak korban jiwa.

Menelusuri Akar Permasalahan Banjir
Akar permasalahan banjir di Indonesia bagaikan benang kusut yang sulit diurai. Curah hujan tinggi, pendangkalan sungai, alih fungsi lahan, hingga sampah yang menumpuk menjadi faktor utama yang memicu banjir. Tak jarang, buruknya sistem drainase dan tata ruang juga memperparah situasi. Pembangunan yang tidak terencana, seperti alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan dan permukiman, telah mengurangi daerah resapan air dan memperparah aliran air hujan. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya juga memperparah masalah banjir.

Membongkar Mitos dan Fakta Banjir
Mitos yang sering beredar di masyarakat adalah bahwa banjir adalah takdir dan tidak dapat dihindari. Faktanya, banjir adalah akibat dari berbagai faktor yang dapat diatasi dengan solusi yang tepat.
Banjir bukan semata-mata karena curah hujan tinggi. Curah hujan tinggi hanya menjadi salah satu faktor pemicu, dan faktor lainnya seperti pendangkalan sungai, alih fungsi lahan, dan sampah yang menumpuk juga berperan penting.

Solusi , Normalisasi Sungai hingga Kesadaran Masyarakat
Upaya penanggulangan banjir terus dilakukan, seperti normalisasi sungai, pembangunan waduk, dan pembuatan drainase. Namun, solusi ini tak cukup tanpa dibarengi langkah lain, seperti:

  • Penegakan aturan: Pemerintah perlu tegas dalam menegakkan aturan terkait alih fungsi lahan dan pengelolaan sampah. Penegakan hukum yang lemah dan kurangnya sanksi bagi pelanggar menjadi salah satu hambatan utama dalam mengatasi banjir.
  • Edukasi dan kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. Kampanye edukasi dan penyuluhan perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mengubah perilaku masyarakat.
  • Pendekatan holistik: Menangani masalah banjir dari hulu ke hilir, termasuk reboisasi di daerah hulu sungai dan pelestarian daerah resapan air. Upaya ini perlu dilakukan secara terintegrasi dan melibatkan semua pihak terkait.

Menuai Inspirasi Menuju Perubahan

Meskipun masih banyak rintangan, mimpi bebas banjir bukan hal yang mustahil. Beberapa kota di Indonesia, seperti Bandung dan Surabaya, telah menunjukkan bahwa banjir dapat diatasi dengan kerja sama dan tekad yang kuat.

Bandung, misalnya, telah menerapkan sistem drainase yang baik dan program "Citarum Harum" untuk membersihkan Sungai Citarum. Sedangkan Surabaya, telah membangun waduk dan menerapkan sistem biopori untuk meningkatkan resapan air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline