Lihat ke Halaman Asli

Jessyka Malau

Psikolog Klinis

Antara Cinta dan Obsesi

Diperbarui: 9 Juli 2018   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : theodysseyonline.com

"Darimana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati.."

Sebuah penggalan lirik lagu yang sederhana namun menggambarkan dengan tegas bagaimana orang bisa jatuh cinta. 

Mata menjadi jendela yang mengundang cinta masuk ke dalam hati. Keindahan yang dilihat mata akan ciri fisik tertentu menimbulkan getar rasa. Entah itu warna kulit, tinggi badan, bentuk hidung, mata, rambut dan lain sebagainya.

Lalu, apakah itu yang disebut dengan cinta? Perasaan berdebar yang timbul karena melihat wajahnya? Rasa senang yang muncul saat melihat manisnya senyum dan tawanya? Sikap malu ketika berpapasan dengannya?

Seorang tokoh bernama Sabari dalam novel "Ayah" karangan Andrea Hirata adalah seorang remaja laki-laki yang baru lulus SMP. Sabari punya pandangan yang buruk tentang cinta. Ia menilai cinta sebagai sesuatu yang aneh, penuh tipu muslihat dan harus dihindari. Namun, semua itu berubah saat ia bertemu dengan Lena; perempuan yang membuat Sabari akhirnya merasakan hal yang pernah diceritakan teman-temannya. Suatu perasaan yang sangat ditolak dan dihindarinya; yaitu cinta.

***

Cinta dimulai dengan "perasaan tergila-gila" (infatuation) yaitu kondisi dimana kita tak bisa berhenti memikirkan orang yang dicintai dan ingin selalu bersamanya. 

Menurut Dr. Helen Fisher, kondisi otak manusia saat mengalami jatuh cinta hampir sama seperti kondisi seorang yang mengalami ketergantungan (adiksi). Saat mengalami jatuh cinta, terjadi proses kimiawi di dalam otak. Hormon dopamin dan serotonin diproduksi secara berlebihan sehingga menimbulkan efek suasana hati yang senang dan bahagia. Perasaan itu memberikan dampak positif sehingga cenderung diulang.

Sama seperti yang dialami oleh Sabari,

"Tak ada hari dilewatkannya tanpa memandangi foto Lena. Tiada jeda puisi dan surat dikirimnya." (dalam novel Ayah, hal.36)

Siapa yang dapat menolak cinta bila ia datang begitu saja? Erich Fromm menegaskan bahwa kondisi jatuh cinta merupakan hal yang terjadi di luar kendali manusia. Hanya saja, kesalahan yang seringkali terjadi adalah muncul kebingungan dalam mengenali perasaan tergila-gila sebagai cinta yang sebenarnya.

Lantas, apa yang membedakan antara cinta dan obsesi? Perbedaan mendasar antara cinta dan obsesi ditentukan oleh responkita terhadap perasaan tergila-gila (infatuation)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline