Lihat ke Halaman Asli

Jerry Bambuta

Christian Nationalism, IT Expertist, Sociopreneur Trainer

Urgensi Membangun Literasi Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 22 Oktober 2019   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(Sebuah Introspeksi Kritis Terhadap Realitas Ironis Tingkat Literasi Masyarakat Indonesia Di Tengah Era Kompetisi Global)

Sebuah entitas masyarakat local akan mampu bersaing di tengah era kompetisi global ketika memiliki kompetensi yang mumpuni. Realitas kompetisi hari ini membuat kepemilikan kompetensi yang berdaya saing mutlak di miliki dan bukan lagi sebatas kebutuhan alternative. 

Persaingan pasar bebas hari ini mulai terasa bukan lagi sebatas wacana tapi sudah terasa sebagai realitas tantangan di tengah masyarakat lokal kita. Kompetisi global telah memicu terjadinya inovasi berkelanjutan (sustaining innovation) yang kian pesat membuat persaingan global kian terasa dalam setiap ruang lokalitas di Negara kita. Contoh yang kontras akan hal ini terlihat saat hadirnya taxi online seperti gojek dan grab membuat transport konvensional seperti angkot dan ojek mulai tergusur. 

Sektor usaha ritel nasional sempat mengalami anjlok bukan karena pasar mengalami kelesuan tapi karena media social seperti facebook, instagram dan whatsapp telah menjadi medium e-commerce yang sangat agresif menyuburkan online shooping. 

Ritel yang selama ini menjadi "middle supplier" antara produsen dan konsumen kena imbas penurunan karena kian suburnya online shooping memotong "overlapping market" antara produsen dan konsumen. Akibatnya akses negosiasi dan transaksi dagang antara produsen dan konsumen bisa terhubung secara langsung bukan lagi dengan metode dagang manual yang terbatas tapi metode dagang digital yang lebih praktis dan inovatif.

Menyadari realitas kompetisi di atas mau tidak mau dan siap atau tidak, sebuah entitas masyarakat local mutlak mengasah kompetensi dalam berbagai bidang keahlian dengan mengkontekstualisasinya dengan kebutuhan daya saing masa kini. 

Teknologi dalam hidup manusia terus berevolusi progresif dengan laju yang kian pesat bukan lagi dalam hitungan interval waktu tahun tapi detik. Sehingga kualitas sumber daya manusia di bangsa ini harus di tingkatkan sedemikian rupa dan di harapkan membuat kita menjadi tuan di bangsa sendiri. 

Kemampuan berdirikari sebuah bangsa tidak bisa di pisahkan dari peran sector pendidikan yang berperan sebagai "katalisator" keunggulan sumber daya manusia unggul bangsa. Pendidikan berbasis keterampilan (skill -- based education) harus menjadi salah satu pilar pendidikan yang tidak bisa di abaikan untuk menjawab kebutuhan kompetensi di atas. 

Pendidikan berbasis keahlian baik secara formal maupun non formal akan memberikan kontribusi konstruktif sehingga masyarakat memiliki keterampilan yang bisa langsung di aplikasikan dalam dunia kerja. 

Selain itu, pendidikan berbasis keterampilan akan mendorong masyarakat sanggup menciptakan berbagai unit usaha mandiri (wirausaha). Sector pendidikan bisa di katakan adalah generator vital dalam menggerakan produktifitas sebuah Negara untuk melaju dalam tingkat pembangunan dalam berbagai bidang.

Memiliki proyeksi pembangunan bangsa dalam skala jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang hebat sekalipun jika tanpa di barengi dengan konstruksi kualitas sumber daya manusia unggul melalui pembanguanan sector pendidikan akan sulit tercapai. Bagaimana dengan kuaiitas sumber daya manusia di Indonesia? Salah satu indicator yang kerap kali di pakai dalam riset evaluasi tingkat kualitas sumber daya manusia adalah angka literasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline