Mohon tunggu...
Jerry Bambuta
Jerry Bambuta Mohon Tunggu... Konsultan - Christian Nationalism, IT Expertist, Sociopreneur Trainer

Direktur dari MATCON Sulawesi Utara, MATCON adalah akronim dari Mapalus Tech Connection dan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang IT Development. Secara spesifik, menangani jasa dalam bidang Website Development, Software Development, Rural Network Solutions dan IT Consulting/Training. Di samping itu, berperan sebagai pembina GENTA SAKTI Sulawesi Utara, GENTA SAKTI adalah akronim dari Gerakan Pertanian Desa Produktif yang bergerak dalam gerakan swadaya masyarakat desa dalam pemberdayaan masyarakat petani/nelayan dan pelaku UKM desa. Di luar wilayah Sulawesi Utara, bergerak dalam jejaring GEMPUR atau Gerakan Membangun Papua Produktif, GEMPUR adalah sebuah misi sosial masyarakat Papua yang terfokus untuk membangun literasi dan kemandirian sosial dari generasi muda Papua melalui pemberdayaan kewirausahaan berbasis sumber daya lokal, berbasis jaringan dan berbasis pemberdayaan sumber daya manusia unggul.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Membangun Literasi Masyarakat Indonesia

22 Oktober 2019   08:45 Diperbarui: 22 Oktober 2019   09:08 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut National Institute For Literacy menjelaskan pengertian literasi sebagai suatu kemampuan tiap individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung serta memecahkan suatu masalah pada tingkat keahlian yang di perlukan dalam suatu pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Pengembangan kultur literasi secara linier akan berdampak pada terbangunnya kompetensi social masyarakat. 

Pengembangan kultur literasi akan memberikan manfaat yang besar ke dalam masyarakat yaitu terjadinya kemampuan penambahan kosakata, mengoptimalkan kerja otak, menambah wawasan dan informasi baru, mempertajam diri dalam menangkap makna suatu informasi tertentu, mengembangkan kemampuan verbal, melatih kemampuan berpikir dan menganalisa, meningkatkan focus dan konsentrasi dan melatih dalam hal menulis serta merangkai kata yang bermakna kritis.

World Economic Forum pada tahun 2015 sepakat dalam pengelompokan enam literasi dasar yang memiliki segment-segment yang spesifik yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi financial, literasi budaya dan literasi kewarga negaraan. Dalam survey literasi yang di lakukan oleh OECD (Organisation For Economic Co-operation & Development) bertajuk Program For International Student Assessment (PISA) menunjukan bahwa Indonesia hanya berada pada tingkat 62 dari 70 negara yang menjadi responden. 

Indonesia pada tingkat 62 hanya memiliki skor 395,3 dan berada jauh di bawah Singapore dengan skor 556, Vietnam dengan skor 495 dan Thailand dengan skor 415. Skor PISA ini di ukur dengan tiga indicator kualitas pendidikan yaitu kemampuan matematika, ilmu sains dan membaca. Data perpustakaan Nasional pada tahun 2017 mencatat bahwa minat bangsa masyarakat kita masih sangat rendah. 

Durasi membaca per hari rata-rata dari orang Indonesia adalah 30-59 menit per hari, itu artinya kurang dari 1 jam per hari. Masyarakat yang berada pada Negara-negara berkembang rata-rata menghabiskan waktu membaca 6-8 jam per hari. Minat baca Indonesia masih berada jauh di bawah standard UNESCO yang menganjurkan membaca paling minimal 4-6 jam per hari.

Dalam artikel bertajuk "TEKNOLOGI MASYARAKAT INDONESIA : MALAS BACA TAPI CEREWET DI MEDIA SOSIAL" yang di publikasi di situs Kominfo pada tahun 2017 mengutip data dari UNESCO bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada pada angka 0,001%, itu artinya dalam 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca, Ironisnya, dari total populasi 264 juta jiwa penduduk Indonesia sebanyak 171,17 juta jiwa atau sekitar 64,8% yang sudah terhubung dengan internet. Angka ini meningkat dari tahun 2017 saat angka penetrasi internet di Indonesia tercatat sebanyak 54,86%. 

Dari seluruh pengguna internet di Indonesia di dominasi oleh usia 15-19 tahun. Rentang usia tersebut sangat rentan dengan konten-konten destruktif dalam internet, baik itu pornografi maupun hoax dan ujaran kebencian. 

Data lainnya dari Wearesocial tahun 2017 menunjukan bahwa orang Indonesia dalam sehari bisa tahan menatap layar gadget hingga 9 jam per hari. Tidak heran jika Indonesia tergolong Negara keempat terbesar sebagai Negara teraktif pengguna smartphone setelah China, India dan Amerika.

Menurut pakar psikologis, secara alami setiap orang punya kecenderungan untuk mempercayai informasi yang mudah di cerna. Berdasarkan penelitian pemindaian aktivitas otak, saat kita berhasil memahami sebuah fakta atau pernyataan tertentu, otak akan memproduksi hormon dophamine, hormon ini akan membuat seseorang merasa lebih nyaman, bahagia dam merasa positif. 

Sebaliknya, jika otak menerima informasi yang rumit dan butuh analisis mendalam, maka bagian otak yang mengatur rasa sakit dan muak akan menjadi lebih aktif. Kita harus sadar bahwa banyak berita hoax, hate speech dan framing opinion di bangun dengan kerangka ini, akibatnya sangat kuat mempengaruhi publik yang minim literasi. 

Secara natural manusia, sangat rentan dengan paparan hoax dan ujaran kebencian yang destruktif. Oleh karena itu, membangun kultur literasi adalah hal mutlak di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun