Lihat ke Halaman Asli

Jeff Sinaga

Suka menulis, olahraga dan berpikir

Dahsyatnya Pengaruh Perkataan

Diperbarui: 6 Januari 2017   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sepanjang tahun yang telah lalu pasti setiap kita meninggalkan sesuatu kepada orang lain. Lebih sering adalah meninggalkan kesan lewat perkataan. Dimana saat perkataan itu terucap, maka mustahil untuk ditarik.

Bila perkataan itu mengandung makna baik namun dipandang buruk, maka akan terjadi salah persepsi. Sebaliknya bila perkataan positif diterima dengan baik, bisa menjadi dorongan untuk maju. Sehingga kita harus berhati-hati dalam perkataan.

Karena lontaran kata bisa membekas seperti tusukan paku pada kayu. Akan sangat mudah teringat karena goresannya meninggalkan kesan. Pun biasanya perkataan yang selalu diingat cuma dua hal, kalau tidak yang buruk pasti yang baik.

Kalau itu baik, syukur saja bisa berbunga. Seperti menyiram tanah yang sudah ditumbuhi benih. Mungkin dengan menyiraminya dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang baik.

Namun bila itu buruk, bisa saja menjadi duri dalam daging. Terasa begitu perih bila diingat kembali. Apalagi saat mengingatnya juga terbayang sosok pribadi yang melontarkannya.

Itulah sebabnya orang tua selalu memberikan nasehat turun-temurun tentang ini. “Nak, jagalah sopan-santun” Merupakan suatu nasehat umum orang tua. Suatu himbauan yang memiliki makna penting bagi kehidupan.

Karena bila kita lupa untuk menjaga tutur bahasa yang diikuti oleh tingkah laku, maka stigma negatif akan bermunculan. Stigma ini kemudian melekat erat dengan kepribadian. Sehingga mempengaruhi kenyamanan dalam menjalani hidup.

Bukan itu saja, namun juga hubungan tali persaudaraan, pertemanan dan kehidupan sosial akan rentan terganggu. Karena stigma buruk tentang kepribadian yang tidak santun akan berdampak begitu luas. Sehingga kehati-hatian dalam bertutur sapa harus senantiasa dijaga.

Apalagi menyongsong Tahun Baru 2017 ini. Tentu kita tidak ingin terseret dalam ikatan dampak perkataan buruk yang pernah terucap, bukan? Itulah mengapa dalam kebiasaan orang Batak Toba selalu mengadakan acara Partangiangan Tutup Tahun.

Dalam menyambut momen ini maka seluruh anggota keluarga biasanya datang. Meskipun ada yang merantau di ujung dunia pasti diusahakan datang. Sesakral itu hanya demi berkumpul bersama keluarga dalam menutup dan membuka tahun dengan berdoa bersama.

Biasanya sebelum jam 12 akhir tahun – bisa mendekati atau melewati jam 12 – seluruh anggota keluarga berkumpul. Dari yang paling muda hingga paling tua duduk bersila di ruang keluarga. Semua bersiap untuk bernyanyi dan berdoa bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline