Lihat ke Halaman Asli

JBS_surbakti

Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Gaduh

Diperbarui: 19 Maret 2021   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaduh (Dok. Pribadi)

 Tidak susah untuk mengartikan kata “gaduh” dan pasti diantara kita pernah mengalaminya. Gaduh identik dengan berkelahi, bertengkar, cekcok dan banyak lagi defenisi lainnya. Sebagai orang tua dan telah melewati fase sebagai anak maka pengalaman gaduh ini menjadi hal yang sangat terbiasa dan mengisi cakrawala kehidupan.

Seiring dengan perjalanan waktu dengan bertambahnya populasi manusia dari era ke era maka hampir setiap waktu akan terisi dengan kegaduhan. Gaduh di level terkecil hingga gaduh mendunia. 

Sejarah mencatat bahwa sejak awal diciptakan manusia hingga kehidupan manusia saat ini dapat disimpulkan penuh dengan kegaduhan. 

Ironis, miris, sadis dan justru jenaka bila menimang-nimang hakekat manusia itu yang katanya adalah mahluk sempurna di jagad raya tapi kehidupannya penuh dengan perseteruan dan kegaduhan. Tercatat tidak sedikit nyawa melayang karena gaduh.

Sebagai manusia tanpa harus membuat formula khusus mengapa gaduh terjadi dan sebab musababnya, secara sederhana gaduh terjadi dapat disimpulkan karena memang manusia diciptakan sebagai pribadi otentik dan unik diperlengkapi secara mandiri baik dari fisik dan akal pikiran. Kesakralannya dan kepolosannya diisi dengan identitas gender, genetik, kebiasaan, nilai, agama, dan pengalaman yang membuat database galaksi alam bawah sadar dalam penziarahan detik demi detik kehidupannya.

Kepuasan akan memenangkan sebuah kegaduhan akan memberikan eksistensi yang tentunya ego akan sebuah koloni terhadap individu atau golongan lain.

Perhatikan saja apa yang terjadi saat ini, sadar atau tidak di tengah-tengah perang dunia dengan bentuk berbeda terjadi karena adanya gaduh terkait ideologi mana yang menjadi panutan oleh masyarakat dunia. 

Menurut pengamatan saya terlepas gaduh antara AS dan China dengan isu sentral perang dagang sesungguhnya hanyalah sebuah panggung hiburan yang mempertontonkan pergaduhan ideologi dan nilai-nilai yang dianggap paling baik yang menjadi tuan atas seluruh kaum manusia dimuka bumi.

Terlalu habis energi mengupas tuntas membicarakan gaduh dua raksasa diatas, baiknya fokus ke gaduh di seputaran lingkungan organisasi. Sebagai pekerja ada baiknya kita membahas gaduh dalam dunia kerja saat ini. Entah mengapa sepertinya gaduh demi gaduh menghiasi berita baik media cetak maupun online demikian pula saat kongkow ngopi cantik. Bentuk dan rupanya berbeda-beda namun esensinya tetaplah pergaduhan. 

Drama gaduh ini membuat curhatan demi curhatan dan tidak sedikit sampai merasa diremehkan, dikucilkan ataupun hanya sekedar pergunjingan di level setara antara pekerja satu dengan pekerja lainnya, atau pekerja dengan managernya bahkan antara manager dengan Big Boss nya. Luapan jiwa yang syarat emosi seakan-akan gaduh sebagai perebutan surga atau neraka. Sampai pada kesimpulan polemik gaduh di level organisasi adalah pergaduhan tentang “cara” siapa yang diamini benar. 

Hanya terkadang perbedaannya pergaduhan ide dan pendapat pada level organisasi mengerucut pada kepentingan sempit terkait perebutan jatah “kursi empuk”. Gaduh terbungkus dalam tataran ide dan tujuan menacari alternatif terbaik dalam membuat keputusan yang acap kali tak kunjung selesai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline