Lihat ke Halaman Asli

Jati lanang

Seseorang yang selalu suka dengan tantangan

Dusta!

Diperbarui: 30 Agustus 2018   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber photo : nu.or.id)

Oposisi gagal mencalonkan ulama sebagai cawapres di pilpres 2019. Prabowo mengabaikan hasil ijtimak para ulama. Walhasil Ustadz Salim Segaf dan UAS terjungkal oleh "kardus".

Apakah barisan oposisi dengan pendukungnya marah, lebih lebih PAN dan PKS. Apakah para peserta ijtimak dan arus bawahnya marah karena kelompok inilah yang paling getol memperjuangkan ulama..? Ternyata responnya tidak riuh, adem adem saja. Bahkan belakangan muncul issue ; Prabowo tidak mau mengambil ulama menjadi cawapres nya karena takut memecah-belah umat. Dan mereka lagi lagi meng-amin-i pernyataan tersebut. Terlepas ada beberapa gelintir orang yang menginginkan ijtimak 2.

Bayangan awal saya, arus bawah oposisi dan dan ulama peserta ijtimak akan marah atau paling tidak akan kecewa sehingga menyebabkan boikot terhadap pilihan Prabowo. Ternyata tidak. Mengapa..? Pada Akhirnya saya hanya menduga-duga bahwa : pertama, kelompok arus bawah ini sesungguhnya cair tidak memiliki landasan ideologis yang kuat mereka hanya di jadikan alat oleh elit tertentu untuk menghantam pemerintah dengan issue ulama dan agama. Buktinya ketika elitnya tidak riuh dengan gagalnya ulama mereka datar, tenang-tenang saja.

Kedua : atau boleh jadi kelompok tersebut sebenarnya tidak serius untuk memperjuangkan ulama sebagai Umara yaitu dengan cara bertarung di pilpres 2019. Mereka hanya menggunakan ulama dan issue agama sebagai simbol untuk melawan pemerintah dalam hal ini presiden Jokowi. Mereka ini sesungguhnya berpura pura mencintai ulama, padahal sedang berdusta secara kolektif.

Ketiga : jika para pendukung ulama ini sejatinya benar mengaharapkan ulama tampil dalam pertarungan electoral 2019. Maka Saat ini jokowi telah menggandeng ulama sebagai cawapres nya, seharusnya arus dukungan akan menyebrang ke kubu sebelah (koalisi Jokowi) ternyata tidak juga. Bahkan justru menuding langkah politik yang dipilih Jokowi sebagai sesuatu yang salah karena mempolitisasi ulama dan agama. Mereke justru menjadi amnesia siapa yang sesungguhnya yang seringkali mempolitisir ulama dan agama.

Seperti tertulis diatas, Belakangan muncul issue bahwa Prabowo enggan menggandeng ulama karena tidak mau terjadi perpecahan umat, tidak ingin membenturkan ulama. Lagi lagi ini adalah bentuk pendangkalan logika umat, bentuk penyesatan berfikir. Karena serendah itukah martabat ulama kita, dianggap sebagai biang perpecahan dan bisa di benturkan kapan saja.?. Maka Semua orang patut marah dengan stigma semacam ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline