Lihat ke Halaman Asli

Jati Kumoro

nulis di podjok pawon

Wayang Karna: Ksatria yang Terbelenggu Harta dan Tahta

Diperbarui: 7 April 2019   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wayangku.id

Selain wayang Kumbakarna dan Sumantri, wayang Adipati Karna ini juga dijadikan contoh akan sikapnya sebagai ksatriya yang patut diteladani sesuai dengan apa yang dituliskan dalam Serat Tripama.

Sama seperti halnya wayang Sumantri, sosok wayang Karna ini pun menurut saya juga kurang pas untuk diteladani sikapnya yang membela pihak Kurawa dalam perang Bharatayuda. Padahal Pandawa adalah saudara kandungnya, paling tidak bersaudaraan kandung dengan Yudistira, Bima dan Arjuna karena mereka berempat adalah sama-sama putra Dewi Kunti.

Apa yang menjadi alasan Karna ini membela Kurawa. Tak lain dan tak bukan karena Karna diangkat menjadi saudara tua Kurawa dan dijadikan adipati di negeri Awangga. Namanya yang semual adalah Aradea kemudian berganti menjadi Adipati Karna.

Ada unsur balas budi karena sudah diangkat derajadnya oleh Duryudana dari anak kusir istana yang bernama Adirata kemudian diberi harta dan tahta di Awangga. Dengan alasan tak mau mengingkari bahwa keberadaannya bisa seperti itu karena jasa Duryudana sebagai yang tertua dari Kurawa, maka Adiparti Karna rela bertempur melawan saudaranya sendiri di perang Bharatayuda.

Selain itu, sebelum perang Bharatayuda meletus, sikap Adipati Karna juga pasif saja sebagai seorang ksatriya. Melihat berbagai tindakan yang tak terpuji dari pihak Kurawa pun hanya diam saja. Tak ada usaha untuk menegur atau melarang dan cenderung melakukan pembiaran yang mengakibatkan makin tak terkontrolnya perilaku negatif para Kurawa.

Perilaku diam terhadap hal-hal negatif Kurawa serta alasan karena sudah diberi tahta Awangga ini rasanya tak pas jika dijadika pembenaran atas sikap ksatriyanya yang kemudian ditunjukannya dalam perang Bharatayuda dengan membela Kurawa. Belenggu harta dan tahta telah menjadikannya tak lebih hanya sebagai orang bawahan saja, seperti orang upahan jadinya.

podjok pawon, April 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline