Lihat ke Halaman Asli

Kuliah di Luar Negeri, Manfaatnya Apa Sih?

Diperbarui: 6 Mei 2021   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi


"Yang dibawa bukan hanya catatan kuliah, tesis, publikasi ilmiah, atau disertasi saja. Bawalah juga dosen, profesor, laboratorium, dan fasilitas-fasilitas lain yang dulu anda gunakan selama kuliah." (pesan Pak Lukito Edi Nugroho)

Masih teringat di kepala, lima tahun lalu saya pertama kalinya menghadiri pameran studi ke luar negeri. Momentum itu menjadi pijakan pertama saya untuk bermimpi kuliah di Eropa, tepatnya di Belanda. 

Beberapa brosur itu sepertinya masih tersimpan rapi di kamar saya, sebagai pengingat bahwa saya pernah mengalami masa-masa perburuan beasiswa dan kampus luar negeri. 

Sejak saat itu, saya mulai mempersiapkan segala syarat kuliah ke luar negeri dan juga syarat beasiswa. Yang terbersit saat itu adalah. Apakah mungkin, seorang anak desa seperti saya kuliah di luar negeri ?

Saya tidak menyangka rasa ingin tahu itu berlanjut. Saya terlalu nekat untuk mengambil langkah! Namun, 2 minggu mengikuti kuliah singkat di Utrecht University Belanda itu adalah pengalaman berharga yang akan selalu diingat. Jatuh bangun saya melangkah, bahkan hampir menyerah karena vertigo. 

Dua minggu di Belanda telah menjadi saksi awal saya merasakan pendidikan di luar negeri. Ilmu-ilmu yang saya dapatkan disana kemudian saya bagikan kepada rekan-rekan jurusan pendidikan geografi UNY serta teman-teman di komunitas. 

Kemudian pertanyaannya, apa yang akhirnya bisa saya bawa ke Indonesia? Tentunya seperti yang Bapak Lukito Edi Nugroho sampaikan pada catataan beliau di facebook. yaitu: sumberdaya (resources). Ya, untuk mendapatkan sumberdaya, saya mau tidak mau harus memiliki network/jaringan. 

Sepulang dari Belanda tahun 2013, saya telah membawa nama seorang dosen yang intensif menjadi pembimbing saat summer school. 

Saya telah mendiskusikannya matang-matang agar kelak dapat mengundang beliau datang ke Universitas Negeri Yogyakarta. Beliau setuju dan menunggu konfirmasi waktu dari saya.

Meskipun kami sudah berpisah antara Belanda-Indonesia, saya tetap sering menghubungi beliau melalui email untuk menyapa dan intinya agar tetap keep in touch. Rencana saya untuk mengundang beliau akhirnya saya sampaikan ke ketua jurusan di kampus dan syukurlah, disetujui. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline