Lihat ke Halaman Asli

Jalan Raga

Human Being

Jiwa adalah Nakhoda dan Raga adalah Bahtera

Diperbarui: 1 April 2017   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Coba perhatikan dengan seksama gambar diatas, gambar tersebut dimaksudkan untuk memudahkan sahabat dalam memahami perumpaan yang akan saya paparkan berikut ini.

Nomor 1 merujuk kepada Nakhoda, nakhoda adalah pemimpin, pengendali atau penggerak utama bahtera, tanpa bahtera, nakhoda tidak akan mampu mengarungi samudera dan mencapai tujuannya. Nakhoda adalah jiwa (hati dan pikiran) kita. sesuatu yang tidak terlihat secara kasat mata (immateri/tak tampak, gaib).

Nomor 2 merujuk kepada Bahtera, bahtera adalah benda mati yang dikendalikan, dipimpin atau digerakan oleh nakhoda. Tanpa nakhoda, bahtera hanyalah susunan onggokan kayu yang tidak berguna, bahtera adalah raga (seluruh organ tubuh/panca indera) kita yang terlihat secara kasat mata (materi/tertampak, zohir).

Nomor 3 merujuk kepada Cuaca, cuaca dengan banyak bentuknya, kadang cuaca itu baik kadang buruk, kadang bersahabat kadang tidak, kadang terang kadang mendung, kadang cerah kadang menakutkan. Cuaca adalah orang-orang yang ada disekeliling kita (lingkungan keluarga : orang tua, suami, istri, kakak, adik, anak, saudara dan kerabat), lingkungan sosial : pertemanan, pergaulan, sekolah dan pekerjaan), serta lingkungan keagamaan.

Dan nomor 4merujuk kepada Gelombang, gelombang adalah situasi dan kondisi yang kita alami, gelombang pun sama dengan cuaca, ia labil, tak tetap dan selalu berubah-ubah, kadang gelombang itu tenang kadang besar menjadi badai. Gelombang adalah masalah, ujian, cobaan, rintangan, tantangan, musibah dan bencana.

Tanpa nakhoda, bahtera hanyalah susunan onggokkan kayu yang tak berguna, begitupan dengan manusia, tanpa jiwa manusia hanyalah onggokan daging dan tulang belulang tak bernyawa. Manusia dikatakan hidup karena jiwanya masih ada didalam raganya, jika jiwanya sudah tak lagi ada maka ia tak lagi disebut hidup.

Jiwa (hati dan pikiran) kita adalah pengendali, pemimpin dan penggerak raga, ia menjadi sumber utama yang mampu mengarahkan kemana bahtera (raga) hendak berlayar.

Dalam perjalanan berlayar mengarungi samudera kehidupan, tentu kita tidak mampu mengelak dari ketetapan (takdir) Tuhan, ketetapan bahwa kita akan dihadapkan pada orang-orang/lingkungan (cuaca) serta situasi dan kondisi (gelombang) yang akan selalu berubah.

Contoh sederhana, saat kita kecil kemudian beranjak remaja dan dewasa, berapa banyak teman-teman yang kita kenal, namun seiring waktu dan laju bahtera (raga), kita akan bertemu dan mengenal teman-teman baru, begitu seterusnya. Bisa jadi hari ini saya adalah teman anda disatu sekolah, satu kampus atau satu tempat kerja, namun saya tidak pernah tahu apakah esok kita masih satu sekolah, satu kampus atau satu tempat kerja.

Bisa jadi hari ini anda begitu senang karena mendapatkan sosok laki-laki atau perempuan yang anda harapkan, tapi saat anda ditinggalkan sebab kesalahan, maka bahagia anda sebelumnya akan berubah menjadi penyesalan dan kekecewaan, dan masih banyak contoh lainnya.

Begitulah samudera kehidupan dengan cuaca dan gelombang didalamnya, ia merupakan ketetapan dan kehendak Tuhan, segala persoalan dan masalah yang anda hadapi mungkin musibah atau bahkan bencana bagi anda namun bisa jadi hanya ujian bagi yang lain. Anda menganggap bahwa masalah anda adalah masalah besar namun bisa jadi bagi sebagian yang lain masalah anda hanyalah masalah kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline