Lihat ke Halaman Asli

Lusia Imelda Jahaubun

Gadis desa dengan mimpi bisa mengelilingi dunia

Saya Mau Jualan Tomat!

Diperbarui: 2 November 2019   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terlahir dari garis keluarga yang mostly bekerja di pemerintahan, menuntut saya  untuk melanjutkan garis PNS yang sudah ada. Saya sendiri merasa harus melanjutkan garis  itu, sampai akhirnya saya berkunjung ke  Jogjakarta untuk pertama kalinya.

Sebelum memutuskan untuk menetap di Jogja, saya pernah di tahun 2012 berkunjung ke Daerah Istimewa ini. Saya begitu terkesan ketika pertama kali menginjakkan kaki di Kota ini. 

Keramahan orang-orangnya, harga barangnya, keteduhan atmosfirnya, saya suka. Saya merasa betah berlama-lamai.

Setelah balik ke Ambon, saya kemudian berpikir bagaimana orang-orang di daerah Istimewa itu bertahan hidup jika sehari-hari pemasukan mereka tidak lebih dari 100.000,- rupiah? Bisakah mereka bertahan hidup? bagaimana caranya?

Singkat cerita saya memutuskan untuk pindah ke Jogja sembari mempelajari bagaimana mereka bertahan hidup. Apa yang saya temukan? Ini!

1. Hidup seadanya, Hidup sewajarnya

Ini yang membuat saya tertegun dengan Jogja. Mungkin juga tidak semua orang; tapi beberapa orang yang saya temui bekerja di atas dasar menolong orang lain bukan di atas dasar uang. Ini bagi saya sesuatu yang jarang terjadi. But it happen here in Jogja.

2. Rejeki bisa datang dari mana saja

Nah ini yang bikin saya suka. Jika konsep berpikir saya dari dulu seperti ini, maka saya mungkin saja  tidak perlu mengikuti garis keluarga yang sebagian besar di jalur pemerintahan toh rejeki bukan dari situ saja dan rejeki bukan selalu tentang uang.

3. Syukuri semua yang ada

Belajar bersyukur dengan semua yang ada tidak semudah kita berucap. Namun belajar untuk tidak menuntut lebih dari apa yang kita terima juga sudah cukup untuk membuat saya bahagia. Intinya syukuri apa yang kita punya dan jangan paksakan apa yang semestinya tidak perlu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline