Lihat ke Halaman Asli

Erie Jaegar

Ar-Rahman

Membuang Sampah Emosi Melalui Jemari

Diperbarui: 9 Februari 2019   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com


Ada kalanya kita merasa bosan yang teramat sangat dengan tulisan fiksi. Kenapa? Mungkin karena terlalu sering hingga kebosanan melanda. Tetapi sesungguhnya sangat cinta dengan yang berbau fiktif. 

Kebosanan melanda ketika saat kita hendak menyadari bahwa fiksi terlalu indah dituliskan, tetapi realita tidak seindah rangkaian kata tersebut. Usai dua minggu lebih tidak menulis berbau fiktif. Menjenuhkan dengan keadaan, yang sebenarnya sangat butuh sekali rangkaian fiksi untuk memotivasi. 

Nyatanya, menyentuh keyboard atau menulis keyword di touch handphone pun enggan. Menuruti egoisme kemalasan yang melanda. Alih - alih ketika membaca sedikit saja rangkaian puisi fiksi hanya sebait dengan penuh penghayatan saja, rasanya kecanduan telah datang di jemari untuk menulis fiksi lagi. 

Kendati tidak terealisi segera. Namun, setidaknya telah menyadarkan bahwa apapun itu wujud kemalasan ialah ego yang harus dibuang jauh-jauh supaya tidak menjadi virus yang mematikan ide dalam otak. Bosan boleh saja, asal sesuai porsinya, jangan sampai kebablasan. Agar ide-ide menulis tetap terealisi. 

Sampah emosi jiwa harus dibersihkan melalui sebuah tulisan yang difiktifkan ke dalam sebuah puisi atau tulisan lainnya yang bergenre fiktif, supaya ringan dan tidak membebankan hidup. Mari menulislah lagi ... meskipun hanya sebuah fiktif belaka.


"Karena menulis ialah terapi jiwa paling murah, untuk membuang beban emosi melalui jemari"

~Erie~ 

Indramayu, 09 Februari 2019 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline