Lihat ke Halaman Asli

YAKOB ARFIN

TERVERIFIKASI

GOD LOVES TO USE WHO ARE WILLING, NOT NECESSARILY THE CAPABLE

"Ngonthel" Asyik di Kampung Inggris

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kampung Inggris, demikian julukan untuk sebuah nama desa di Jawa Timur yang populer di kalangan kawula muda yang ingin menimba ilmu dalam berbahasa Inggris. Lokasinya yang strategis berada di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

Saya pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan liburan semester setelah UAS di semester empat berakhir. Sebelum libur panjang itu tiba, saya bersama teman-teman sejurusan di Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat - IPB pun mulai ancang-ancang mengatur strategi berlibur yang bermanfaat. Tak melulu mengejar semester pendek, tapi meniatkan diri untuk melancong sekaligus meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.

Pilihan kami pun jatuh ke sebuah desa yang populer dengan julukan "Kampung Inggirs." Sehari setelah UAS berakhir, kami segera meluncur ke Kabupaten Kediri. Perjalanan menuju ke kampung Inggris ini hanya sehari semalam dengan moda bus malam. Perjalanan yang cukup menyenangkan ala mahasiswa. 

Setelah tiba di Desa Tulungrejo, -basisnya sebuah kampung yang kata orang masyarakatnya jago bebahasa Inggris ini- kami langsung registrasi di salah satu lembaga yang sudah kami bidik untuk menambah kemampuan kami dalam beringgris ria. 

Namun saya dan teman-teman agak terkejut. Di sepanjang jalan Brawijaya, Desa Tulungrejo, tempat kami belajar bahasa inggris ini nyaris tak ada angkutan umum. Hal yang langsung mencuat di pikiran kami adalah, bagaimana caranya ke pusat kota di Kecamatan Pare kalau kami hendak jalan-jalan atau akan ke ATM untuk mengambil uang.

Mrs. Vivin, pengajar kami di lembaga bahasa Inggris itu akhirnya memberi penjelasan pada siswa-siswa barunya ini, bahwa sarana transportasi yang bisa digunakan untuk jalan-jalan, pergi ke warung makan, bahkan untuk beranjak ke kecamatan (alun-alun Kota Pare) untuk ambil uang di ATM adalah menggunakan sepeda onthelJadi kesimpulannya, kami harus sewa sepeda onthel sebagai "kendaraan pribadi" kami untuk  keliling desa dan kecamatan.

Cukup unik juga rupanya kampung ini. Tak hanya belajar untuk go international, tetapi belajar membumi bersama masyarakat dengan ngonthel di sekitar Pare.

Tak sabar menunggu esok, kami pun langsung meluncur ke sebuah bengkel sekaligus tempat yang menyewakan onthel-onthel bagi siswa-siswa di kampung Inggris ini. 

Teman-teman baru di Kampung Inggris | Dok.pri 

"Pinten pak lek badhe nyewo onthel setunggal ulan?" tanyaku. "Lek sak ulan mung seket ewu mas," kata pak Diyono, si pemilik rental sepeda onthel ini. (Berapa pak kalau mau sewa sepeda onthel untuk satu bulan? Demikian saya bertanya. "Kalau satu bulan hanya lima puluh ribu mas," kata pak Diyono)

Harga yang cukup terjangkau. Dengan lima pulih ribu saja selama satu bulan, saya bisa menyusuri Desa Tulungrejo sambil ngonthel di sela-sela waktu senggang belajar bahasa Inggris bersama Mrs Vivin. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline