Lihat ke Halaman Asli

Iwan Sukamto

Menulis adalah kenikmatan terbaik dalam hidup

Pak Ariman: Koran Kertas yang (Tak) Lekang oleh Waktu

Diperbarui: 1 Maret 2021   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc/ Iwan Sukamto

“Bukan jamannya yang berubah, orang orangnya yang berubah, jamannya dari dulu begini begini aja, cuman orang nya yang berubah jadi lebih pintar"

Zaman berkembang dan dunia bergerak dari waktu ke waktu, meninggalkan semua kenangan dan kemajuan, termasuk tentang koran kertas.

Koran kertas pernah berjaya pada masanya. Pak Ariman, begitu namanya dipanggil menceritakan tentang masa kejayaan itu, pernah menjadi agen Koran dengan 15 “anak buah” katanya. 

Tahun 1990-an adalah masa kejayaan beliau, dimana pada masa itu koran kertas menjadi primadona dengan belum adanya internet dan media mainstream seperti sekarang ini.

Di usianya mendekati kepala 6, sekaligus dengan pengalaman 40 tahun berkecimpung di dunia perkoranan, menjadikan beliau lebih matang dan kuat dalam menjalani kehidupan, termasuk ketika sekarang beliau menjadi pengecer Koran. Tidak mudah hidup dengan mengetahui bahwa semua ini berubah begitu cepat, bahwa tidak banyak orang lagi yang membaca koran kertas, tetapi Pak Ariman tetap menghadapi pilihan hidup tersebut.

Doc/ Iwan Sukamto

Tetapi ada satu hal yang diyakini oleh Pak Ariman bahwa kenikmatan dan keseruan terbaik dari membaca adalah langsung dari kertasnya

Apalagi dengan adanya pandemic covid 19 ini menjadikan situasi memburuk, “pengaruh gede, hampir 75 persen turun,” katanya. Pak Ariman melanjutkan penyebabnya adalah soal ekonomi masyarakat yang melemah, “karena ini menyangkut ekonomi, apalagi pembaca, kalau ada duit baca, kalau  nggak ada ngapain maksain baca, mendingan buat jajan anaklah, saya sendiri kalau bukan tukang koran, juga nggak baca baca amat, berhubung saya tukang koran aja, apalagi kelas bawah, pengennya mah baca koran”.

Ini menjadikan kondisi yang semakin menjepit, omzet menurun, ditambah lagi koran yang sudah dibeli dari distributor tidak bisa ditukar baru menjadikan Pak Ariman lebih selektif membawa jumlah koran yang akan dijualnya, dengan maksimal hanya 5 koran per jenis. Faktor yang membuat Pak Ariman bertahan karena masih adanya langganan lama yang masih membeli, “kebanyakan Bapak Bapak, seusia 20an jarang ada,” lanjutnya.

Koran kertas sekarang sudah hampir mati, kemajuan teknologi menuju double disruption era yaitu digitalisasi teknologi dan pandemi damage mengubah pola hidup masyarakat termasuk untuk membaca. Platform digital semakin berkembang dimana mana, menjadi lebih cepat, murah dan mudah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline